Ah, Indahnya Kisah-Kisah Cinta Dalam Sejarah


Sejarah, kata para pakar sebenarnya merupakan kumpulan biografi orang-orang besar. Dan sebuah biografi pasti tak akan lepas dari kisah cinta para tokoh. Kisah cinta itu, ada yang lempeng-lempeng saja, alias lurus mulus, tetapi ada juga yang berlika-liku penuh cucuran duka, kerinduan dan air mata. Dalam blog ini, saya akan mencoba membagi beberapa kisah cinta para tokoh besar yang namanya sering disebut-sebut dalam buku-buku sejarah.

Sutan Syahrir dan Maria Duchateau
Perdana menteri pertama Republik Indonesia ini bertemu dengan Maria Duchateau, saat masih kuliah di Belanda. Mereka pun menikah. Akan tetapi, tahun 1932, mereka dipaksa berpisah karena Syahrir banyak terlibat dalam gerakan perlawanan menentang penjajah Belanda sehingga akhirnya dibuang ke Digoel. Kisah cinta itu terus berlanjut menggunakan surat. Syahrir, yang juga saudara Rohana Kudus, wartawan dan aktivis pergerakan nasional dari Minang itu, keranjingan menulis surat untuk istrinya. Di pengasingannya di tepi Sungai Digoel, di tengah rimba belantara Papua yang terletak 500 mil dari Merauke, setiap minggu Syahrir melepaskan kegundahannya dengan menulis berlembar-lembar surat untuk istrinya. 

Seperti dinukil dari historia.id, dari tahun 1931-1940, Maria menerima 287 surat dengan panjang antara 4-7 halaman. Maria yang khawatir dengan surat-surat tersebut pernah berencana hendak membakar surat tersebut. Namun akhirnya, dia malah membukukan surat-surat tersebut dengan judul Indonesische Overpeinzingen . Tentu saja setelah membuang hal-hal yang sifatnya pribadi. Uniknya, surat-surat Syahrir untuk istri tercintanya itu ternyata bukan melulu ungkapan-ungkapan cinta dan kerinduan, tetapi lebih banyak berisi buah pemikiran yang cemerlang. Keren, ya?

Jenderal Sudirman dan Siti Alfiah
Ketika akhirnya berhasil menikahi gadis yang sudah lama diidamkan, Siti Alfiah, Sudirman sangat berbahagia. Mereka bertemu saat masih aktif di Perkumpulan Wiworotomo, Cilacap. Saat Sudirman menjadi ketua, Siti Alfiah adalah bendahara perkumpulan. Meski sebagian keluarga Siti Alfiah tidak setuju, karena perbedaan ekonomi (Siti Alfiah berasal dari keluarga pengusaha kaya), akhirnya mereka menikah juga. Saat malam pernikahan Siti Alfiah merasa heran, karena Sudirman ternyata merasa tak betah berada di tempat tidurnya, dan memilih tidur di lantai. Saat ditanya, Sudirman mengaku, bahwa dia tak biasa tidur di atas kasur empuk. Dia terbiasa hidup prihatin di asrama, tidur dengan kasur tipis yang keras.

Sudirman terkenal sebagai pribadi yang rapi dan teliti. Bahkan, bedak dan busana untuk Alfiah pun, Sudirman sendiri yang memilihnya, sang istri tinggal mengenakannya . Mereka adalah pasangan yang saling mencintai, serta saling mendukung dalam perjuangan. Mungkin, latar belakang mereka sebagai sama-sama aktivis semasa mudanya, telah membuat mereka memiliki visi yang sama. Saat Sudirman turun di medan perang gerilya, dari hutan ke hutan, Pasukan TNI yang dipimpinnya kehabisan bekal dan kesulitan membeli makanan. Sudirman yang sedang sakit keras dan ditandu itu mengirim utusan ke Yogyakarta untuk menemui istrinya. Tanpa berpikir panjang, Siti Alfiah dengan ikhlas dan penuh cinta, menyerahkan seluruh perhiasan yang dimiliki untuk dijual dan dibelikan ransum untuk TNI. 

Muhammad Hatta dan Rahmi
Kisah cinta Bung Hatta dan istrinya, Rahmi, juga tergolong unik. Karena sibuk mengurusi pergerakan nasional, keluar masuk penjara, termasuk diasingkan di Digoel, Hatta terlambat menikah. Beliau menikahi Rahmi Hatta pada 18 November 1945, saat itu Bung Hatta berusia 43 tahun. Jadi, saat Bung Hatta memproklamasikan kemerdekaan RI bersama Bung Karno, dan ditetapkan sebagai wakil presiden RI, beliau statusnya masih bujangan.

Hatta memang sangat serius dengan cita-citanya. Semasa kuliah di Belanda, dia sangat rajin belajar, membaca dan menulis. Pernah seorang gadis Polandia yang jelita menggodanya, namun Hatta tak tertarik. Jika Patih Gajah Mada memiliki Sumpah Palapa,  yakni tidak akan makan buah palapa (simbol dari kenikmatan hidup) sebelum nusantara bersatu, Bung Hatta pun bertekad, tidak akan menikah sebelum Indonesia merdeka.

Sebenarnya, hati Bung Hatta pernah tertambat kepada seorang gadis bernama Anni. Namun, karena berbagai hal, termasuk kesibukan Bung Hatta, mereka tak menikah. Anni pun menikah dengan Abdul Rachim dan memiliki dua orang puteri, yakni Titi dan Rahmi. Tak dinyana, saat Bung Hatta bertekad untuk menikah, ternyata gadis yang dipilih adalah Rahmi Rachim, putri dari Anni, yang usianya memang jauh lebih muda dari beliau. Cinta memang aneh!

Yang cukup unik juga, Bung Hatta tidak memberikan mas kawin berupa perhiasan, barang-barang berharga, atau benda-benda sebagaimana lazimnya para suami lainnya. Mas kawin Bung Hatta untuk Rahmi adalah… buku! Buku yang dia tulis sendiri saat tengah diasingkan di Digoel. Judulnya: ALAM PIKIRAN YUNANI. Bagi Bung Hatta, memang tak ada yang lebih berharga daripada buku. Ketika diasingkan di Digoel, Bung Hatta bahkan memboyong koleksi buku-bukunya yang jumlahnya mencapai belasan peti!

* * *
Tentu masih banyak sekali kisah-kisah cinta yang bertaburan dalam sejarah. Kalau mau ditulis, nggak cukup dalam sekali posting, hehe.

Kisah-kisah ini bisa dijadikan inspirasi bagi kehidupan kita sekarang. Di zaman apapun kita hidup, yang terpenting adalah selalu menjaga keharmonisan hubungan dengan pasangan. Jujur, selalu menjadi pendengar dan partner hidup yang baik, manfaatkan waktu di sela kesibukan untuk sekadar mengirim ucapan kata-kata romantis kepada pasangan, supaya ia bahagia.

Ingin kisah cinta Anda diabadikan dalam sejarah? Jadilah orang besar. Karena sejarah, sejatinya adalah kumpulan biografi orang-orang besar. Orang-orang yang menyumbang banyak peran terhadap peradaban.


2 komentar untuk "Ah, Indahnya Kisah-Kisah Cinta Dalam Sejarah"

Mohon maaf, karena banyak komentar spam, kami memoderasi komentar Anda. Komentar akan muncul setelah melewati proses moderasi. Salam!