Widget HTML #1

Yuk, Belajar Marketing dari Pakar Marketing Nomor Satu Dunia!


Philip Kotler, sosok yang dianggap oleh banyak kalangan paling berkompeten di bidang marketing, ditanya, sejak kapan marketing muncul pertama kali. Jawaban beliau sangat menggelitik. Menurut beliau, marketing alias pemasaran pertama kali diperkenalkan oleh Ular, yang membujuk Hawa agar memakan buah terlarang di surga. Ular adalah marketer pertama, sedangkan Hawa marketer kedua, yang ternyata berhasil meyakinkan Adam agar memakan buah terlarang. Ops, sebagai insan beragama, tentu kita tak mau menelan begitu saja “guyonan” dari Pak Kotler. Konsep-konsep yang dipakai oleh Ular dan Hawa mungkin beririsan luas dengan ilmu marketing, bagi kita marketing adalah sebuah konsep yang harus diselaraskan dengan iman. Setuju?

Meski begitu, siapapun yang ingin membangun sebuah institusi bisnis dan sukses, nama Kotler jelas harus dilirik, dan apa-apa yang menjadi buah pemikirannya kudu didalami. Sebelumnya, saat mendengar nama Philip Kotler, benak saya terbayang pada sebuah buku yang beliau tulis bersama Kevin Lane Keller berjudul “Marketing Management” yang tebalnya menandingi tebal bantal itu. Ya, dalam edisi bahasa Indonesia yang diterbitkan oleh Erlangga, saya mengoleksi buku tersebut. Tentu saja buku ini keren sekali, Sobat! Tetapi, karena sifatnya textbook, tentu membaca buku ini membutuhkan persiapan, konsentrasi dan mungkin kopi yang lebih pekat dan pahit dari biasanya, hehe. 

Saat saya menyodorkan buku tersebut kepada suami saya, langsung bisa saya tebak, beliau menggeleng. “Aduuuh, Mi…  bahasanya suliiit. Ada nggak buku lain yang lebih ringan?”

Well, belajar dari penolakan suami, kecuali Anda memang ingin belajar marketing secara mendalam sampai pada konsep-konsep asasinya, saya tidak akan menawarkan buku tersebut kepada Anda. Untungnya, selain buku babon ilmu marketing yang menjadi bahan wajib di jurusan-jurusan manajemen itu, ternyata ada satu buku yang menurut saya relatif ringan, yaitu “According To Kotler”, yang edisi bahasa Indonesianya diterbitkan oleh Bhuana Ilmu Populer (BIP).

Buku ini tebalnya hanya sekitar 226 halaman, dengan ukuran 14 x 21 cm. Jadi, masih termasuk mudah meluncur masuk ke tas kita, menemani bepergian. Bahasanya ringan, mudah dipahami, dengan kualitas penerjemahan yang menurut saya relatif bagus. Buku ini merupakan kumpulan pertanyaan dan jawaban seputar dunia marketing, yang terdiri dari 8 bab, yaitu Pasar dan Pemasaran, Strategi Pemasaran, Alat Bantu Pemasaran (4P—Product, Price, Place and Promotion), Perencanaan Pemasaran, Organisasi Pemasaran, Kontrol Pemasaran, Bidang Aplikasi Pemasaran dan Keunggulan Pemasaran. So, meskipun ringkas, buku ini sebenarnya sudah relatif lengkap dan mampu mengantar kita untuk memahami 5 W dan 1 H terkait pemasaran.

Kotler dan Ide Marketing Modern
Philip Kotler, bisa dikatakan merupakan pakar marketing yang bukan saja berkelas dunia, tetapi juga berhasil mengubah mindset kalangan pebisnis. Kotler meyakinkan para pemilik bisnis, bahwa jika ingin sukses dalam dunia bisnis, mereka harus menjadikan perusahaan mereka sebagai perusahaan yang berfilosofi pada marketing. Tugas-tugas marketing tidak boleh hanya dibebankan kepada satu divisi khusus, tetapi semua orang yang terlibat dalam perusahaan tersebut, harus memahami, terlibat dan menjalankan konsep-konsep marketing.

“Beberapa CEO menilai pemasaran sebagai departemen yang berperan setelah produk dibuat, dan bahwa tugas berikutnya adalah menjual produk itu. Sebaliknya, kami menyatakan bahwa pemasaranlah yang harus memainkan strategi bagi setiap unit usaha. Pemasaran harus menjadi titik awal dalam pengembangan rencana bisnis. Lebih dari 30 tahun yang lampau, Peter Drucker (dikenal sebagai bapak manajemen--pen.) berkata: “Bisnis hanya memiliki dua fungsi dasar: inovasi dan pemasaran.’” (Hal. 13).

Menurut Kotler, dinamika pasar memang telah berubah. Globalisasi, hiperkompetisi dan internet telah membentuk ulang pasar serta bisnis. Globalisasi, berarti perusahaan harus memindahkan produksi ke tempat yang lebih murah dan membawa produk ke sebuah negara dengan harga yang lebih rendah. Hiperkompetisi berarti akan ada  lebih banyak pemasok (produsen) yang bersaing untuk mendapatkan customer yang sama, yang mengarah pada pemotongan harga.  Internet berarti orang dapat membandingkan harga-harga dengan lebih cepat dan beralih pada penawaran dengan harga terendah (hal 34).

Ya, pernyataan Kotler di atas memang relevan sekali. Saya sendiri, sebagai seorang customer, sering membanding-bandingkan harga sebuah produk, dan dengan cepat saya bisa mendapatkan informasi tersebut dari internet. Contohnya, suatu hari saya membutuhkan sebuah buku yang menurut saya sangat penting, namun harganya cukup mahal. Saya pun searching di Google, dan menemukan sekitar selusin toko online yang menjual buku tersebut. Ternyata, harga di masing-masing toko berbeda, dan saya pun akhirnya memilih harga termurah, namun tentu saja dari toko yang terpercaya.
Globalisasi, hiperkompetisi dan internet, membuat para pemasar harus ekstra berpikir keras. 

Oleh karena itu, Kotler memberikan beberapa saran penting terkait dengan tren baru dan mendasar dalam konsep marketing modern sebagai berikut:

1. Dari pemasaran ‘buat dan jual’ ubahlan menjadi pemasaran ‘kenali dan respons’
2. Dari memiliki asset menjadi memiliki brand
3. Dari integrasi vertikal menjadi integrasi virtual
4. Dari pemasaran massal menjadi pemasaran terkustomisasi
5. Dari hanya beroperasi di pasar, menjadi juga beroperasi di internet
6. Dari mengejar pangsa pasar menjadi mengejar pangsa customer
7. Dari berfokus pada menarik customer, menjadi berfokus pada mempertahankan customer
8. Dari pemasaran berbasis transaksi menjadi berbasis hubungan
9. Dari mendapatkan customer menjadi mempertahankan dan memuaskan customer
10. Dari pemasaran bermediasi menjadi pemasaran langsung
11. Dari monolog menjadi dialog
12. Dari perencanaan komunikasi terpisah menjadi terpadu
13. Dari satu saluran menjadi multisaluran
14. Dari orientasi produk menjadi orientasi customer
15. Dari satu departemen pemasaran menjadi kewajiban setiap orang di perusahaan
16. Dari memanfaatkan pemasok dan distributor menjadi bermitra dengan mereka

Yeaah… lengkap ya? Dan memang pemikiran Kotler banyak mengobrak-abrik konsep bisnis yang selama ini kita jalankan. Banyak orang berpikir, bahwa yang namanya usaha, ya ciptakan dulu produk, lalu jual. Akhirnya, produk kita ternyata tidak sesuai dengan apa yang dibutuhkan pasar, dan akhirnya menumpuk di gudang. Itu salah satu contoh sederhana tentang kesalahan konsep marketing yang ternyata sangat umum dilakukan.

Memang, dibandingkan dengan buku babonnya, ‘Marketing Management’, bahasan dalam buku ini cenderung singkat. Namun, sekali lagi, bagi yang agak awam soal bahasa marketing secara akademis, keringkasan ini mungkin justru menolong. Minimal sebagai entry point untuk belajar marketing secara lebih mendalam.

Sayangnya, buku sebagus ini performance-nya menurut saya relatif standard. Layout sangat sederhana, tanpa ilustrasi sama sekali. Kata customer juga tidak dibikin italic, padahal terma tersebut jelas-jelas belum masuk dalam bahasa Indonesia.

DATA BUKU
Judul : According To Kotler
Penulis : Philip Kotler
Penerbit         : Bhuana Ilmu Populer (Kelompok Gramedia)
ISBN : 978-979-798-141-9

BACA JUGA