Selamat Datang Prof Muhadjir, Tetaplah Berjuang Pak Anies!


Berbagai hal politik terkini, sering menjadi bahan perbincangan di keluarga saya. Khususnya antara saya dan suami, yang memutuskan untuk selalu update perkembangan politik yang terjadi baik tingkat lokal, nasional, maupun internasional. Banyak alasan yang membuat kami tidak ingin cuek atau kudet, suatu saat saya jelaskan di lain kesempatan.

Nah, tema perbincangan kami yang terbaru adalah soal reshuffle kabinet. Ya, publik memang baru diramaikan dengan keluarnya sejumlah nama sekaligus masuknya nama-nama baru di jajaran kabinet. Reshuffle itu hak prerogatif presiden, dilindungi undang-undang. Jadi, menurut kami, sah-sah saja Presiden mau menunjuk, menggeser atau mengganti orang. Lha wong dalam ilmu sains juga berlaku prinsip “like dissolve like” lho. Maksudnya, senyawa polar hanya akan larut dalam senyawa polar. Senyawa nonpolar akan larut dalam senyawa nonpolar. Sedangkan senyawa polar tidak akan larut dalam senyawa nonpolar. Air itu polar, minyak itu non polar. Mereka tidak akan bisa saling “silaturahim” apalagi membentuk koalisi.

Nah, jadi kalau kemudian presiden mengadopsi teori tersebut dalam memilih kabinet, ya sumonggo mawon. Ente nggak usah ribut, hehe. Masalah kemudian ada eks minyak yang tiba-tiba menjadi air, nah itulah rahasia politik yang sulit dijabarkan oleh orang-orang berbasis sains seperti saya.
Eh, malah nggosipin presiden. Nggak enak, beliau kan mantan tetangga saya. Rumahnya cuma satu setengah kilometer jaraknya dari rumah saya, lho.

Nah, kembali ke perbincangan saat sarapan di rumah saya tadi pagi ya... saya rekam sedikit dan saya putar buat Anda.
"Aku sedih Pak Anies diganti," ujarku, saat sarapan pagi tadi.
"Diganti siapa, Mi?" tanya Syahidah, anak saya yang sulung. Nama panggilan dia sebenarnya Anis. Tapi biar membedakan dengan tokoh yang akan saya bahas, di posting ini saya tulis nama depannya saja.
"Prof. Muhajir. Rektor UMM."
"Kenapa Umi sedih Pak Anies diganti?"
"Karena Pak Anies orang baik."
"Emang penggantinya itu orang jahat?"

Glek. Saya terdiam. Celetukan lugu Anis membuat saya tertegun.
Ya, memang Presidenlah yang memilih menteri-menterinya. Tetapi semua tak akan terjadi jika Allah tidak berkehendak.

Nah, sekarang, mari kita lihat profil kedua orang tersebut.

Prof. Muhadjir
Sumber foto: www.timesindonesia.co.id
Prof. Dr. Drs. Muhadjir Effendiy, M.AP ... beliau lahir di Madiun 29 Juli 1956, putra dari Soeroja dan Sri Soebita. Lahir dari keluarga guru madrasah yang aktif berorganisasi. Saat kuliah, beliau aktif sebagai wartawan kampus, dan giat menghidupkan pers kampus. Beliau menempuh pendidikan sarjana muda di IAIN Malang, kemudian meraih gelar sarjana di IKIP Negeri Malang, pendidikan pascasarjana Universitas Gadjah Mada dengan gelar Magister Administrasi Publik (MAP) 1996. Kemudian pada 2008, Prof. Muhadjir berhasil menyelesaikan pendidikan strata tiga bidang sosiologi militer di Program Doktor Universitas Airlangga. Beliau juga menempuh pendidikan tambahan Visiting Program, Regional Security and Defense Policy, National Defense University, Washington D.C. dan Long term course, The Management for Higher Education, Victoria University, British Columbia, Canada.

Kalau dilihat dari pendidikannya, ya beliau ini sudah matang luar dalam. Nah, karir yang beliau tempuh juga tak lepas dari pendidikan. Selama 30 tahun (1986 s.d. 2016) beliau menjadi dosen di IKIP Malang (sekarang UM/Universitas Negeri Malang) dan menjadi Guru Besar Sosiologi Jurusan Pendidikan Luar Sekolah Fakultas Ilmu Pendidikan UM. Beliau juga menjabat rektor Universitas Muhamadiyah Malang tiga periode berturut-turut.

Dalam keorganisasian, sejak tahun 1975 beliau aktif di Muhammadiyah, sampai menduduki posisi Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah yang membidangi pendidikan, penelitian dan pengembangan, dan kebudayaan. Ditunjuknya beliau sebagai mendikbud, meneruskan tradisi presiden-presiden sebelumnya, yang memberikan kesempatan kader terbaik Muhammadiyah untuk menduduki posisi tertinggi di dunia kependidikan ini.

Ya, kita harus jujur. Dalam dunia pendidikan, beliau sudah makan asam-garam begitu lama. Mari kita bersepakat bahwa beliau adalah salah satu kader terbaik di dunia pendidikan negeri ini.
Selamat datang di kabinet, Prof Muhajir. Tradisi Muhammadiyah menjadi mendikbud kembali dilanjut. Semoga semangat dan kiprah KH Ahmad Dahlan menjadi salah satu penguat langkahmu.

“Yang penting kunci belajar itu harus berpikiran terbuka dan beprasangka baik kepada siapapun.” – K.H. Ahmad Dahlan.

Anies Baswedan

Apa yang paling menarik dari figur beliau? Kalau saya tanya ke barisan ibu-ibu, jawabannya sungguh mengejutkan, “Beliau ganteng!” Nah, mungkinkah karena beliau ganteng ini, maka ketika nama beliau dicoret dari kabinet, banyak sekali yang merasa kehilangan?

Ah, tidak juga!

Anies Rasyid Baswedan, Ph.D adalah tokoh yang “menyihir” publik dengan visi pendidikannya yang dahsyat. Gerakan Indonesia Mengajar, mendapat publikasi luas di berbagai media dan diapresiasi secara luas. Beliau dianggap sebagai sosok pembaharu yang memberi angin segar terhadap stagnasi pendidikan di Indonesia.

Dari segi pendidikan, profil beliau tak kalah cemerlang. Beliau lulus S1 dari Fakultas Ekonomi UGM, lalu mendapat beasiswa untuk kuliah master di bidang keamanan internasional dan kebijakan ekonomi di School of Public Affairs, University of Maryland, College Park serta melanjutkan S3 di bidang ilmu politik di Northern Illinois University.

Beliau sempat berkarir sebagai peneliti dan koordinator proyek di Pusat Antar-Universitas Studi Ekonomi UGM; manajer riset di IPC, Inc. Chicago; direktur riset The Indonesian Institute; dan kemudian menjadi rektor Universitas Paramadina. Namun, yang paling membuat nama beliau “moncer” adalah ketika menggagas Gerakan Indonesia Mengajar, yang menempatkan sarjana-sarjana terbaik Indonesia ke daerah-daerah terpencil.

Antara Prof Muhadjir dan Anies Baswedan, P.Hd

Nah, dari profil yang saya cantumkan di atas, tampak jelas perbedaan keduanya. Prof Muhadjir adalah praktisi pendidikan, beliau sosok yang sangat berpengalaman, lebih senior, mengerti betul “sistematika, anatomi dan fisiologi”dunia pendidikan Indonesia. Beliau memang tidak terlampau dikenal publik Indonesia, mungkin karena gagasan-gagasan beliau memang tidak sebeda Anies Baswedan. Jika beliau menjadi Mendikbud, prediksi saya adalah beliau akan melanjutkan progres dari tokoh-tokoh pendidikan sebelumnya.

Pak Anies, beliau muda, talented, karimastik, dan penuh gagasan segar. Beliau orang hebat. Tetapi, akan terlalu banyak hal yang dia hadapi saat masuk ke sebuah sistem di mana sebelumnya beliau adalah “orang luar”. Apalagi, basis beliau ada riset. Beliau pastinya akan membuat banyak perubahan-perubahan, tetapi namanya inovator, beliau akan begitu kesulitan melakukan adaptasi-adaptasi dengan sesuatu yang sudah mapan.

Tetapi, tipikal beliau, tak akan kehabisan cara untuk mewujudkan visinya. Jadi, di dalam atau di luar sistem, Pak Anies akan selalu bergerak. Dan bisa jadi, di luar sistem akan membuat beliau lebih lincah, kreatif dan kelak beliau akan menjadi “legenda” bagi Indonesia.

Selamat berjuang Prof Muhadjir, selamat berjuang Pak Anies. Indonesia bangga terhadap kalian berdua.



6 komentar untuk "Selamat Datang Prof Muhadjir, Tetaplah Berjuang Pak Anies!"

Comment Author Avatar
Yes..selamat berjuang utk keduanya
Comment Author Avatar
Dan mari kita kembali kerja :-D
Comment Author Avatar
Hmmm..agak sedih sebenarnya tp yaa disini bukan akhir perjuangan pak anies..semangat pak anies! Selamat kepada Prof Muhadjir:)
Comment Author Avatar
Wajar deh sedih, saya juga sedih kok..
Comment Author Avatar
Anies Baswedan cenderung mendapatkan publikasi yang positif dari media. Para pengajar muda yang tergabung dalam Indonesia Mengajar juga sebagian aktif menulis. Jadi wajar Anis lebih terkenal dan mendapat simpati publik. Nah penggantinya, MUhadjir, saya sendiri masih merasa asing.

Kekhawatiran orang tua dengan bergantinya menteri pendidikan adalah pergantian sistem pendidikan dan kurikulum juga yang ujung-ujungnya duit.... Apalagi kurtilas juga belum optimal pelaksanaannya.

Namun siapa pun menterinya, semoga bisa memajukan pendidikan Indonesia, jadi lebih baik
Comment Author Avatar
Analisis yang keren!
Kalau sudah bicara soal pendidikan di Indonesia, memang ruwetnya luar biasa. Jangankan mengurusi puluhan juta pelajar, mengurusi anak2 kita yg cuma segelintir aja sudah bikin botak sariawan (pinjem istilah Mbak Helvy hehe)

Mohon maaf, karena banyak komentar spam, kami memoderasi komentar Anda. Komentar akan muncul setelah melewati proses moderasi. Salam!