Seni Memilih dalam Hidup
Pernahkah kalian memilih? Ah, ini pertanyaan naif. Karena,
semua orang pasti akan dihadapkan pada pilihan-pilihan, dari hal yang paling
sederhana, sampai yang paling rumit. Saking rumitnya, sampai-sampai kadang dia kabur dari kenyataan, ogah berhadapan dengan pilihan.
Hidup itu sendiri, seringkali hanya berputar-putar pada persoalan memilih. Dan itu terjadi sejak kita masih usia dini. Perhatikan
tingkah laku para bayi di sekitar kita! Mereka akan memilih menetek pada sang
ibu dan membuang dot berisi susu PASI-nya. Akan marah jika diberi bubur instan
dan memilih MPASI yang fresh. Lebih suka pisang dan melempar jeruk. Merengek
minta digendong ibu dibanding ayahnya, dan sebagainya. Mereka telah memilih!
Ketika bocah, kita pun sudah memiliki selera, bahwa sepatu X
lebih keren dibanding sepatu Y. Warna A lebih menyenangkan dibanding warna B.
Makan malam dengan menu C lebih seru dibanding menu D. Ya, hidup adalah
pilihan-pilihan.
Tetapi, semakin kita dewasa, kita sering menemukan fakta,
bahwa memilih itu tidak mudah. Ibarat game, semakin tinggi level, semakin
sulit. Tentu bukan pilih yang sekadar memilih, tetapi memilih yang mendekati
tepat, akurat. Pernahkah kalian dihadapkan pada soal pilihan ganda? Kenapa sih,
harus pusing-pusing, kan tinggal pilih salah satu! Enak aja, kan kita harus
tahu, mana di antara pilihan-pilihan itu yang paling tepat. Nah, untuk
menentukan pilihan itu, kita membutuhkan pengetahun. Agar bisa dapat pengetahuan, kita harus belajar. Ah, kayak nasihat Mbah Puteri aja nih, hehe....
Memilih itu sulit, karena
kadang kita tidak tahu apa dan siapa yang harus dipilih, dan apa konsekuensi
dari memilih. Sudah meraba konsekuensi pun, logika dan keinginan sering
berbenturan. Sudah tahu emak nggak setuju dengan calon istri (dengan alasan
yang logis pula), eh tetap juga ngotot, soalnya doski cantik dan menarik. Sudah
tahu dia itu preman dan kasar, eh, masih juga diminati dan bahkan selalu
berharap kelembutan hatimu membuat dia bertobat.
Lebih lanjut lagi, di dalam ilmu manajemen, kita mengenal
apa yang disebut dengan pengambilan keputusan (decision making). Menurut G. R. Terry, decision making adalah “pemilihan alternatif untuk melakukan
sesuatu dari dua atau lebih alternatif yang ada”. Sedangkan Koontz &
O’Donnel mendefinisikan decision making
sebagai “pemilihan di antara alternatif-alternatif yang ada mengenai suatu cara
bertindak, yang merupakan inti dari perencanaan. Suatu rencana dapat dikatakan
tidak ada, jika tidak ada keputusan dari orang yang memiliki kapasitas sebagai
pengambil keputusan.”
Orang yang pekerjaannya mengambil keputusan disebut decision maker. Biasanya, mereka adalah
para pimpinan dari sebuah lembaga. Semakin tinggi posisinya, semakin strategis
keputusan-keputusan yang harus diambil. Mengambil keputusan strategis tentu
membutuhkan keahlian, pengalaman, ilmu, akses informasi dan sebagainya. Sekarang
kalian jadi paham ya, mengapa para decision
maker itu, seringkali dibayar mahal. Karena tanggungjawabnya juga sangat
besar. Jika salah memilih, lembaga yang dipimpin bisa hancur terjun ke jurang,
namun jika tepat memilih, bahkan lembaga yang sudah hampir mati pun bisa
bangkit dan berjaya. Karena begitu besar risikonya, seorang owner perusahaan akan memilih
orang-orang yang memang terpercaya, kapabel, dan bereputasi baik untuk menjadi
pembuat keputusan tertinggi di perusahaan yang dia miliki.
Nah, kembali pada soal memilih ya...
Meski memilih itu sulit, tetap kita harus belajar memutuskan
mana yang kita pilih. Karena, hidup memang harus berjalan. Bayangkan, jika
kalian sedang berjalan, lalu tiba-tiba bertemu jalan bercabang, apakah kalian
akan berhenti terus menerus di percabangan? Tentu tidak. Lebih baik kita
memilih jalan yang salah ketimbang terus berhenti, sebab, dari yang salah itu
kita akan tahu mana yang benar.
Apakah kita lantas tidak akan menikah, karena di hadapan
kita ada dua orang yang sama-sama menginginkan kita untuk hidup bersamanya?
Tentu tidak. Kita harus pilih salah satu. Jika pilihan salah pun, siapa tahu
kita akan menjadi seperti perkataan Socrates “Menikahlah jika istrimu baik, kau
akan bahagia, jika istrimu jahat kau akan jadi filsuf sepertiku.” Hehehe....
Nah, agar memilih bisa mendekati akurat, kita bisa lakukan
beberapa langkah yang saya adopsi dari proses pengambilan keputusan konsumen versi Kotler & Keller (2009).
Pertama, kita harus mengenali terlebih dahulu permasalahan
kita. Apa sih sebenarnya yang kita butuhkan. Misal, kita butuh alat untuk
berkomunikasi. Kita butuh teleponan, SMS-an, buka media sosial—karena sekalian
untuk jualan online, fitur yang mendukung aktivitas kita, tetapi harga murah
karena kantong kita tak seberapa tebal. Dan kalau bisa bandel, karena kita
misalnya orang yang agak ceroboh.
Kedua, kita harus mencari informasi sebanyak mungkin berbagai
solusi yang akan menjawab permasalahan kita. Apakah kita perlu beli HP, atau
cukup modem yang bisa dibawa kemana-mana karena kita punya laptop misalnya.
Kalaupun HP, yang tipe apa, bagaimana speknya.
Ketiga, jangan cuma satu pilihan, tetapi buatlah beberapa alternatif. Nanti kita bisa konsentrasi menimbang-nimbang alternatif itu. Karena kita
juga butuh telepon, modem kita coret. Mungkin kita bikin pilihan HP A, spek
bagus, bandel, tapi mahal. HP B, spek menengah, bandel, tapi harga sedang. HP
C, spek menengah, gampang rusak, tapi harga murah.
Keempat, setelah ada alternatif, jangan malah bingung. You harus putuskan salah satu alternatif yang menurut you paling baik. Baik ini belum tentu terbaik dari yang baik, tetapi bisa jadi terbaik dari yang terjelek. Ya, berdamai dengan realitalah... jangan ngotot cari yang terbaik dari yang baik, jika memang tak ada pilihan itu yang tersedia.
Kelima, lakukan evaluasi. Jika keputusan kita benar, kita
bisa mengulangi di lain waktu. Jika salah, kita sudah memiliki memori yang
bagus untuk tidak kita ulangi lagi.
Kelima hal tersebut, bisa kita lakukan untuk memutuskan
sesuatu, khususnya yang memang membutuhkan pemikiran. Karena, memang tidak
semua pilihan memerlukan step begitu panjang. Misal kamu sedang kebelet BAB,
dan di hadapan kalian hanya ada sungai dan semak-semak, ya nyebur aja ke sungai
tanpa harus berpikir panjang... xixixi. Just
kidding!
11 komentar untuk "Seni Memilih dalam Hidup"
salam
mysukmana.net
A design like yours with a few simple adjustements would really make
my blog jump out. Please let me know where you got your theme.
Appreciate it
IE still is the marketplace chief and a huge component of other people will omit your excellent writing due to
this problem.
He used to be totally right. This post actually made my day.
You can not imagine just how much time I had
spent for this information! Thanks!
after browsing through a few of the posts I realized it's new to me.
Anyhow, I'm definitely pleased I stumbled
upon it and I'll be bookmarking it and checking back regularly!
other news.
opinions. Great site, continue the good work!
thanks for providing these data.
Mohon maaf, karena banyak komentar spam, kami memoderasi komentar Anda. Komentar akan muncul setelah melewati proses moderasi. Salam!