Berkat Dana Desa, Danasari Kian Berseri

Bupati dan warga bekerjabakti membangun jalan. Sumber foto dari SINI

Dua puluh lima tahun yang lalu, perjalanan menuju Danasari bisa disebut sebagai petualangan mendebarkan. Dengan menaiki ojek, kami harus terbanting-banting di atas jalan becek, rusak berat, penuh tanjakan dan tikungan tajam, dan batu-batu besar menakutkan selama belasan kilometer. Perut saya terkocok-kocok dan jantung berdebar kencang saat membonceng motor di medan yang entah apakah Valentino Rosi mampu menaklukkan atau tidak. Rasa lega karena akhirnya sampai di pintu gerbang desa, ternyata hanyas sesaat, karena kami ternyata masih harus berjalan kaki belasan kilometer, menyusuri jalan setapak yang membelah hutan.

Itu profil Danasari, desa paling ujung di timur laut Kabupaten Purbalingga di tahun 1991! Tanpa listrik, jalan tak beraspal, tanpa fasilitas apapun. Saya, bocah kelas satu SMP, mendapatkan “kehormatan” menemani bapak, seorang penilik sekolah, untuk mendatangi di beberapa SD di Danasari dan Jingkang, dua ikon desa paling terpencil di Purbalingga saat itu.

“Katanya kamu suka petualangan, ayo, ikut Bapak!” tantang Bapak. Saya menyambut antusias. Perjalanan menembus Danasari memang menarik, tapi... lelah!

Ada satu peristiwa yang hingga kini masih terngingat di benak. Saat itu, di sebuah rumah tempat kami menginap, saya mencari-cari kamar mandi. Oh, ternyata yang tersedia sebuah sungai kecil dengan pancuran bambu. Saya menuruni tanah yang menurun dengan hati-hati. Tiba-tiba... keeek... keek. Sebuah benda panjang putih terjulur. “Aaaw...!” saya berteriak kaget. Dua ekor angsa hendak mencocor saya.

Danasari tahun itu serasa begitu jauh dari peradaban. Itu dulu. Seperempat abad berjalan cepat. Bagaimana dengan saat ini? Saya berhasil mewawancarai Ibu Titik Dwiarti, Penjabat Kepala Desa Danasari. Sebenarnya, Ibu Titik adalah seorang PNS yang sehari-hari dinas di Kantor Kecamatan Karangjambu. Karena kursi Kades Danasari sempat kosong, untuk sementara, kepala desa Danasari didrop dari unsur PNS kecamatan setempat. "Tapi saat ini, proses pemilihan kepala desa sudah berjalan, dan besok, 16 Desember kepala desa baru akan dilantik," ujar Ibu Titik.

Meski sebentar akan kembali ke kantor kecamatan, pengalaman menjadi Penjabat Kades Danasari membekas di hati Bu Titik. “Anda salah, jika membayangkan Danasari seperti 25 tahun silam. Sekarang jalan menuju Danasari sudah teraspal mulus. Kemakmuran di sana juga merata. Pokoknya beda sekali.”

Ibu Titik Dwiarti (paling kiri), bersama tim Lomba Penyuluhan
Desa Danasari, saat menjadi juara 2 Lomba Penyuluhan  Tingkat Kabupaten

Industri sapu gelagah di Danasari berkembang pesat, dan menjadi salah salah satu industri rumah tangga yang populer dan mampu mengangkat perekonomian masyarakat Danasari. Gelagah dan hasil-hasil bumi lainnya diangkut menuju perkotaan untuk dipasarkan dengan lebih mudah. Pertanian dan peternakan juga berkembang baik. Di antara desa-desa di kecamatan Karangjambu, Danasari dan Sirandu termasuk desa dengan kategori kuning, alias tingkat kemiskinan sedang, sedangkan desa-desa lain di Karangjambu masuk kategori merah, alias kemiskinan tinggi. Sementara, kemajuan di bidang non fisik juga cukup menggembirakan. Danasari pernah beberapa kali menjuarai perlombaan di berbagai event. [1]

Peran Dana Desa
Pesatnya kemajuan di Danasari, selain berasal dari kepiawian aparat, semangat gotong royong warga, juga kucuran dana, baik dari APBN, APBD Provinsi maupun APBD kabupaten. Salah satu dana APBN yang ikut memoles Danasari adalah dari program Dana Desa.

Pembangunan desa memang sedang menjadi primadona. Pada APBN 2017 yang disetujui DPR pada rapat paripurna DPR  26 Oktober 2016, dana desa ditetapkan sebesar 60 trilyun, naik 3 kali lipat dari tahun 2015 yang hanya sebesar 20 trilyun, dan tahun 2016 sebesar 46,96 trilyun.[2]

Salah satu pokok-pokok kebijakan APBN 2017 adalah memperkuat desentralisasi fiskal, di mana salah satu implementasinya adalah meningkatkan secara bertahap dana desa yang merupakan amanat dari UU Nomor 6 Tahun 2014.[3] Di pasal 72, ayat 1, disebutkan bahwa salah satu sumber pendapatan desa adalah dari APBN.
Sumber: Salinan UU No 6 Tahun 2014 Tentang Desa

Terus naiknya anggaran untuk Dana Desa ini merupakan angin segar. Sebab, mayoritas warga Indonesia tinggal di desa. Di Indonesia terdapat 78.609 desa[4], dengan wilayah yang sangat luas. Namun, jumlah penduduk perkotaan ternyata lebih besar, yakni 56%, sedangkan desa hanya 44%[5].

Tentu ini sangat ironis. Kepadatan penduduk di perkotaan sangat tinggi, yang berefek pada sanitasi yang buruk, berbagai permasalahan sosial, dan tentu lapangan pekerjaan yang makin sulit. Sementara, di desa tanah masih sangat lapang, dengan potensi agraris yang sangat tinggi. Sangat disayangkan karena pesona kota yang penuh gebyar, ternyata telah membuat para pemuda meninggalkan desanya.

Desa-desa perlu digerakkan, dibangkitkan potensinya. Sarana dan prasarana harus dibangun, agar perekonomian bisa bergerak dinamis. SDM juga harus terus ditingkatkan. Di Danasari, selain untuk pembangunan infrastruktur, Dana Desa dipakai untuk menambah penghasilan para pegawai honorer. Kita berharap, kian tahun, Dana Desa kian besar. Potensi-potensi korupsi tentu jadi perhatian serius, tetapi, meng-cut Dana Desa karena takut dikorupsi tentu tak bijak. Sebaiknya, pengawasan yang kuatlah yang dijadikan sebagai pengontrol dalam pengalokasian Dana Desa.

Postur APBN 2017
Dana Desa merupakan salah satu kebijakan yang perlu disokong berbagai elemen bangsa ini. Pokok-pokok anggaran pada APBN 2017 memang telah disusun secara cermat, sehingga menghasilkan APBN yang pruden, kredibel, kuat dan terpercaya. Namun begitu, postur APBN 2017 ternyata defisit. Belanja Negara lebih tinggi dari Pendapatan Negara. Pendapatan Negara pada APBN 2017 sebesar 1.750,3 trilyun, di mana 1.498,9 (86%) berasal dari sektor pendapatan pajak yang dibayar oleh rakyat. Sementara Belanja Negara kita sebesar 2.080,5 trilyun. Defisit dibiayai dari pembiayaan utang, pembiayaan, dan sebagainya.

Sebagai warga negara, kita punya peran strategis dalam kesuksesan pelaksanaan APBN, salah satunya adalah dengan membayar pajak secara teratur. Dengan cara itu, sebagai warga negara yang baik, kita bisa berpartisipasi secara aktif dalam kemajuan bangsa, termasuk menjadikan desa-desa seperti Danasari mampu bangkit menjadi desa yang lebih sejahtera, dan jika perlu menyumbang pendapatan besar untuk negara ini.




[1] Sumber: wawancara dengan Ibu Titik Dwiarti
[2] http://kedesa.id/id_ID/kenaikan-dana-desa-di-apbn-2017-dan-akuntabilitas-keuangan-desa/
[3] http://www.kemenkeu.go.id/apbn2017
[4] https://www.bps.go.id/linkTabelStatis/view/id/1367
[5] http://finance.detik.com/berita-ekonomi-bisnis/d-1402139/jumlah-penduduk-kota-dominasi-penduduk-desa-di-2015

9 komentar untuk "Berkat Dana Desa, Danasari Kian Berseri"

Comment Author Avatar
Terimakasih atas tulisannya. Menarik sekali, memang desa-desa harus dibantu berkembang agar supaya jadi daya tarik baru untuk warga bangsa kita.
Comment Author Avatar
Hidup desa .... Desa harus berdaya !!!
Comment Author Avatar
Betul, masa tua ingin dijalani di desa ^_^
Comment Author Avatar
Singkat, padat, berisi. Tapi bagus......
Pantas juara. Selamat ya kak
Comment Author Avatar
Selalu menarik membaca tulisannya, Mbak. Sukses slalu dalam menebarkan kebaikan dan pencerahan lewat tulisan2nya
Comment Author Avatar
Inspiratif. Wajar tulisan ini meraih juara 3 ^_^
Comment Author Avatar
dana desa memang program pemerintah yang patut di diacungkan empat jempol. Sekarang masyarakat lebih bebas berkreasi merencanakan pembangunan di desanya, termasuk desa danasari
Comment Author Avatar
Dana desa harus dimanfaatkan benar-benar, hal itu juga agar mempermudah rakyat-rakyat kita sendiri. Hal ini seperti bercocok tanam, peternakan, perikanan, perkebunan kecil menengah dan lain sebagainya. Saya apresiasi kepada mereka yang memberikan dana desa yang baik, khususnya pemerintah saat ini.

Mohon maaf, karena banyak komentar spam, kami memoderasi komentar Anda. Komentar akan muncul setelah melewati proses moderasi. Salam!