Mengasah Intuisi
Gambar: care2.com |
Istilah intuisi ini debatable. Sebagian kalangan bersikeras,
bahwa dalam mengambil sebuah keputusan, haram hukumnya bertumpu pada intuisi. Alasannya,
intuisi bukan data empiris yang bisa dipertanggungjawabkan. Intuisi ini kadang
berasal dari awang-awang, kadang juga imajinasi semata. Padahal, pengambilan
keputusan harus dari berasal dari pengolahan data yang disulap sebagai
informasi yang valid.
Betulkah demikian adanya? Sebenarnya, apa sih, intuisi itu?
Sejenis “makanan” apa? Dan mengapa alih-alih menepis, kita justru dianjurkan
mengasahnya?
Intuisi, dalam KBBI dimaknai sebagai daya atau kemampuan
mengetahui atau memahami sesuatu tanpa dipikirkan atau dipelajari; bisikan
hati; gerak hati. Dalam tradisi Jawa, intuisi kerap diindetikkan dengan
kemampuan “weruh sakdurunge winarah” alias kemampuan melihat sesuatu yang belum
terjadi. Karena itulah, intuisi dituduh sebagai sebuah proses yang beraroma magic, klenik, atau mistik. Intuisi
dianggap bukan hasil proses intelektual, dan orang yang intuitif dianggap tidak
rasional. Menjadi leader sejati, harus
rasional, tidak boleh percaya dengan mistik.
Benarkah? Sst, tunggu sebentar!
Pada kenyataannya, pelibatan intuisi dalam pengambilan
keputusan justru kian meluas. Saat ini, banyak para top leader yang justru
berusaha keras untuk mengasah kemampuan intuitifnya. Tentunya bukan sembarang
intuisi, apalagi intuisi yang identik dengan pekerjaan paranormal. Intuisi yang
dimaksud di sini adalah intuisi yang terlahir dari beberapa hal sekaligus:
kekuatan spiritual, keilmuan mendalam, dan pengalaman yang luas serta mendalam.
Alih-alih menyingkirkan intuisi, cendekiawan asal Malaysia,
Syed Muhammad Naquib Al-Attas, penulis buku The
Intuition of Existence, doktor dari University of London, menganggap bahwa
intuisi merupakan hal urgen. Sebab, menurut beliau, ilmu pengetahuan dalam
Islam merupakan konsep spiritual yang tidak terlepas dari hidayah Allah SWT. Seorang
cendekiawan harus mengasah kepekaan jiwa, kebersihan hati, dan iman yang kuat.
Sementara, pengalaman juga merupakan hal yang sangat
esensial. Menurut Klein (2002), intuisi adalah pengalaman yang terkumpul dan
tersusun, bukan hasil dari kekuatan magis. Informasi yang berasal dari
pengalaman pribadi maupun orang lain, ditambah dengan pengetahuan yang dia
dapatkan dari segala arah, terakumulasi menjadi fondasi dari cara berpikir
seseorang. Maka, Klein (2002) menuliskan bahwa intuisi adalah proses kognitif
yang terjadi hampir secara instan, dimana seseorang mengenali pola yang sudah
tidak asing baginya. Intuisi bukan lawan rasionalitas, bukan pula prediksi
acak, namun merupakan buah pengalaman yang sangat panjang dan matang.
Leadership tanpa
intuisi adalah kepemimpinan yang tidak “anggun”, sebab, leader matang yang intuitif, biasanya mampu memberikan pemecahan
masalah yang out of the box. Sementara,
leader teoritis dan melulu
mengandalkan data, kadang kurang mampu meraba hal-hal yang sifatnya “intangible” yang sebenarnya sangat
penting bagi kemajuan institusi.
Cara terbaik agar kita bisa memiliki intuisi yang kuat
adalah menimba pengalaman sebanyak-banyaknya, membaca sebanyak-banyaknya, eksplorasi
ide, observasi, terjun langsung ke lapangan, merenung, dan yang tak kalah
penting: membangun spiritualitas yang kuat agar saat mengambil keputusan, tak
hanya data dan pengalaman, tetapi juga ada warna hidayah di sana.
Suami saya pernah guyon, bahwa dokter yang sudah sangat
berpengalaman, ternyata sudah bisa menebak sakit pasien dari raut wajah, cara
berjalan dan cara duduk pasien. Seorang penjahit yang sudah puluhan tahun
menjajal profesi ini, bisa langsung memotong bahan tanpa membuat pola, tanpa
sedikit pun melakukan kesalahan. Seorang penulis, bisa langsung membuat 20
halaman tanpa typo dan salah kalimat (saya belum sampai tahap ini).
Ini bukan magic atau paranormal, namun menyangkut jam
terbang. Mau jadi sosok yang intuitif?
Bukan dengan cara membakar sesaji atau memasang paranormal di kantor Anda.
Tetapi, bekerjalah sekeras-kerasnya. Belajarlah sebanyak-banyaknya. Dan galilah
pengalaman spiritual sedalam-dalamnya.
Markicobma, mari kita coba bersama!
4 komentar untuk "Mengasah Intuisi"
Mohon maaf, karena banyak komentar spam, kami memoderasi komentar Anda. Komentar akan muncul setelah melewati proses moderasi. Salam!