Widget HTML #1

Misteri Kata Sakti "Mokusatsu" dan Hancurnya Hiroshima-Nagasaki

foto: CNN
Peristiwa pengeboman kota Hiroshima dan Nagasaki pada 6 dan 9 Agustus 1945 oleh tentara Sekutu adalah peristiwa besar yang telah mengubah wajah dunia. Ketika bom atom dari bahan uranium yang diberi kode “Little Boy” meledak di Hiroshima, dan tiga hari kemudian bom atom dari bahan plutonium berkode “Fat Man” menghancurkan Nagasaki, kekuatan Jepang pun mendadak lumpuh total.

Sebagaimana dilansir dari wanpela.com (retrieved 5/9/2017), Jepang pun menyerah tanpa syarat kepada sekutu di kapal USS Missouri yang sedang berlabuh di Pelabuhan Tokyo. Menyerahnya Jepang mengakhiri kecamuk Perang Dunia II, karena dua sekutu Jepang, yakni Italia dan Jerman telah terlebih dahulu angkat tangan menghadapi gempuran pasukan sekutu.

Satu hal yang menjadi fakta sejarah, hancurnya Hiroshima dan Nagasaki menimbulkan kerugian yang sangat parah bagi Jepang. Sebagaimana dikutip dari dailymail.co.uk (6/8/2015), peristiwa pengeboman itu menyebabkan terbunuhnya sekitar 140.000 jiwa, serta kehancuran hingga mencapai 85%. Sebuah tragedi kemanusiaan yang luar biasa dahsyat, bukan?

Tak hanya menyebabkan kematian dan kehancuran. Ternyata, peristiwa tersebut juga menyisakan kenangan pahit berupa penyakit yang disebabkan oleh radiasi nuklir. Dikabarkan oleh nationalgeographic.co.id (8/8/2016), akibat radiasi tersebut, korban dan keturunan menderita sejumlah penyakit seperti penyakit leukimia, keloid, tumor ganas, hingga microchepaly.

Di balik kerusakan dan kehancuran besar-besaran tersebut, terdapat satu misteri yang menjadi pembicaraan berbagai kalangan. Benarkah Amerika Serikat setega itu dengan mengujicobakan salah satu temuan terbesar abad tersebut di dua kota yang menjadi pusat kekuatan militer musuhnya? Haruskah bom-bom atom diledakkan, sementara pada saat itu, sebenarnya Jepang pun sudah mulai terdesak dan nyaris kalah?

Ternyata, misteri itu berasal dari satu kata: Mokusatsu
Apakah mokusatsu itu? Kazuo Kawai, pengajar Standford University, sebagaimana dikutip dari Jurnal PHR Universitas of California, phr.ucpress.edu (retrieved 5/8/2017), pada tahun 1950 pernah menuliskan bahwa mokusatsu merupakan perkataan yang menjadi respon alias jawaban Jepang atas Deklarasi Postdam.

Deklarasi Postdam dikeluarkan pada 26 Juli 1945 oleh Presiden Harry S. Truman dari Amerika Serikat, Winston Churchill (Perdana Menteri Inggris), dan Chiang Kai-shek (presiden Republik Tiongkok). Inti dari deklarasi tersebut adalah Jepang diminta memupus ambisinya untuk menjadi penguasa dunia, dan menyerah tanpa syarat. Deklarasi Postdam juga memberikan ancaman kepada Jepang, bahwa jika Jepang tidak bersedia menerima tawaran dari Sekutu, akan ada serangan telak yang menyebabkan terjadi kehancuran dalam waktu singkat.

Deklarasi Postdam itu kemudian disampaikan kepada pihak Jepang sebagai sebuah ultimatum. Pada saat itu, para pemimpin Jepang pun berembuk. Setelah mereka berdiskusi panjang lebar, mereka menjawab ultimatum dari pihak sekutu dengan perkataan yang sangan terkenal dalam sejarah, yaitu “mokusatsu”.

Perkataan itu diucapkan oleh Perdana Menteri Jepang saat itu, Kantaro Suzuki. Arti dari mokusatsu adalah “kami tidak mau berkomentar.” Menurut guru besar Ilmu Komunikasi Unpad, Prof. Dr. Deddy Mulyana, M.A., Ph.D, dalam bukunya “Ilmu Komunikasi”, maksud dari Kantaro Suzuki mungkin tidak berkomentar karena ingin terlebih dahulu berpikir untuk mengambil keputusan.

Akan tetapi, pihak sekutu ternyata salah atau kurang tepat dalam menterjemahkan kata tersebut. Mokusatsu dimaknai menjadi semacam “no comment” yang berarti “saya mengabaikan ultimatum tersebut”. Maka, tentara Amerika Serikat yang saat itu dikomandani panglima tertinggi Jenderal Eisenhower, yang sebenarnya menganggap bahwa Jepang mengabaikan ultimatum tersebut dan memutuskan agar bom dijatuhkan di Hiroshima dan Nagasaki.

Sebuah opini yang dimuat di New York Times pada 21 Agustus 1989, sebagaimana dikutip dari nytimes.com (21/8/1989), mengulas kesalahan penerjemahan tersebut dengan judul “Good Translation Might Have Prevented Hiroshima”. Ya, penerjemahan yang bagus mungkin akan mencegah peristiwa yang sangat mengerikan di Hiroshima.

Peristiwa tersebut, tentu menjadi renungan bersama buat kita, bahwa komunikasi yang efektif memang sangat diperlukan dalam menjaga relasi antarsesama. Mari pahami pesan-pesan yang dikirim oleh siapapun dengan sebaik-baiknya, dan jangan terburu-buru mengambil kesimpulan, apalagi tindakan yang sangat mengerikan.

2 komentar untuk "Misteri Kata Sakti "Mokusatsu" dan Hancurnya Hiroshima-Nagasaki"

Comment Author Avatar
oalaah, ternyata akibat kebaperan yang ditimbulkan dari mokusatsu ya mba? eh bener ga sih? haha 😅
Comment Author Avatar
Penting banget tau sejarah, Mba Afra bisa nih ceritanya beginian

Mohon maaf, karena banyak komentar spam, kami memoderasi komentar Anda. Komentar akan muncul setelah melewati proses moderasi. Salam!