Widget HTML #1

Menyedot Perhatian Pembaca Sejak Paragraf Pertama Pada Sebuah Cerpen



Paragraf pertama merupakan kunci dari kesuksesan sebuah cerpen. Sepakat? Coba buktikan dengan membaca sebuah cerpen. Jika paragraf pertama, kedua, ketiga dan seterusnya terasa datar dan garing, sanggupkah kalian menyelesaikan hingga bagian akhir?

Ketika Sobat mengikuti lomba-lomba menulis cerpen, atau mencoba mengirimkan cerpen kepada media, paragraf pertama pun menjadi salah satu penentu lolos atau tidaknya cerpen Anda. Banyak lho, orang merasa "jatuh cinta pada pandangan pertama" saat membaca paragraf ini.

Ada beberapa alasan mengapa paragraf pertama begitu "menggoda".

Pertama, banyak pembaca kita merasa malas untuk menikmati sebuah cerpen, sehingga dia perlu dientakkan dengan “sihir” yang dilakukan seawal mungkin. Memang, pandangan pertama itu harus sangat menggoda, selanjutnya.... terserah Anda. Mirip sebuah iklan ya? 

Kedua, jika cerpen kita diikutkan dalam sebuah seleksi, seringkali cerpen kita harus berjuang melawan ratusan, bahkan ribuan lawan. Terbayang kan, betapa capek juri kita saat mencoba membaca satu persatu. 

Nyatanya, banyak juri hanya membaca paragraf pertama, tengah dan akhir. Begitu menarik, maka akan membaca hingga habis. Kalau tidak, saya yakin, juri akan langsung mengeliminasi naskah kalian dengan "sadis". Saya juga begitu sih, karena cukup sering menjadi juri berbagai lomba, termasuk lomba menulis cerpen. Tapi, saya tidak sadis sih, cuma menyingkirkan dengan senyum manis. Tapi, ya sama-sama berakhir tragis.

Singkat kata, paragraf pertama itu sangat, super, banget, perlu kita perhatikan. Nah, bagaimana membuat paragraf pertama yang menarik?

Awali dengan Ledakan
Awalilah cerpen anda dengan ledakan (bang), sehingga begitu melihat sekilas, pembaca akan tertarik. Cerpen itu mirip sebuah presentasi, dimana audiens harus terlebih dahulu diikat perhatiannya sehingga akan ‘tersihir’ dan mau menurut ke arah mana ia akan ‘dibawa’ oleh presenter.

Anda bisa lihat kalimat pertama dari cerpen ‘Ikan’ tulisan Moch. Irfan Hidayatullah berikut ini!

Kehitaman itu tampak pada segala keputihan ruang.

Lihatlah, betapa Kang Irfan telah memberi sebuah pengantar yang cukup menarik. Ia menggambarkan sebuah kontras dan menjadikannya sebagai stimulator yang membuat pembaca tertarik untuk mengikuti cerpen itu lebih lanjut.

Langsung Masuk Pada Konflik

Punggung dari sebuah cerita adalah konflik. Terkadang, pembaca sering malas membaca pendahuluan yang bertele-tele, namun bergairah saat dihadapkan pada konflik.

Contoh: “Pagi ini aku membuka pintu apartemen, dan kulihat sebuah benda teronggok di depan pintu. Aku tersentak. Benda itu ternyata mayat!”

Jangan Menggunakan Diksi yang Terlalu Mainstream

Lupakan pendahuluan semacam ini untuk sebuah cerpen: “Pada suatu hari, di sebuah desa, matahari bersinar dengan cerah. Awan tak sepotong pun mengotori birunya langit. Burung-burung beterbangan… dst.”

Kalimat Multifungsi

Untuk membuat sebuah cerpen yang menarik, karena ruang yang sempit, kita wajib menyeleksi kata-kata yang akan kita ambil. Jika memungkinkan, rangkailah kata-kata sedemikian rupa sehingga kalimat yang dihasilkan, memiliki multifungsi. Hal ini juga berlaku pada paragraph pertama.

Coba lihat kalimat ini!

Muak aku melihat wajahmu yang terbalut make-up murahan, mirip wajah ondel-ondel yang sedang menari di tengah lapangan itu!

Dari kalimat tersebut, kita bisa mendapati beberapa hal! Pertama, karakter si kamu yang pesolek namun berselera murahan. Kedua, karakter si aku yang ‘tampaknya’ punya atau merasa punya selera yang tinggi. Ketiga, kita bisa menjelaskan bahwa setting cerita itu terjadi di sebuah lapangan di mana tengah berlangsung pertunjukan ondel-ondel.

Nah, bagaimana, sangat menghemat ruang, bukan? Bayangkan jika untuk menjelaskan ketiga hal tersebut, anda membutuhkan 3 paragraf... cerpen akan menjadi penuh lanturan dan tidak fokus. Bisa jadi, ketika anda mengakhiri pembukaan dan masuk ke konflik, ternyata anda sudah menuliskan berlembar-lembar halaman sendiri.

Contoh paragraf pertama cerpen: Perempuan yang MengandungBola Api karya Afifah Afra:

Ruang operasi semakin beku. Bukan sekadar karena pendingin ruangan, tetapi juga karena sejuta tanda tanya telah melebur ke aliran darah para manusia berpakaian dan masker serba putih yang berada di ruang tersebut. Gunting, pisau bedah dan peralatan canggih yang sedianya akan membantu mengeluarkan jabang bayi, tergeletak di tempatnya masing-masing. Sementara, perempuan yang perutnya menggelembung sebesar bola basket itu masih tergeletak tak sadarkan diri setelah bius total mematikan kesadarannya untuk sementara.

Bagaimana menurut Anda, apakah paragraf pertama cerpen tersebut menarik?

Posting Komentar untuk "Menyedot Perhatian Pembaca Sejak Paragraf Pertama Pada Sebuah Cerpen"