Menikah dengan Model Ta'aruf, Gimana Ya, Aturan Mainnya?


Saat ini, menikah dengan metode ta’aruf sedang ramai dibincangkan. Bahkan, di film “Cinta Laki-Laki Biasa” yang diangkat dari novel senior saya, Mbak Asma Nadia, kata ta'aruf dengan cukup mendetail dijabarkan lewat lisan tokoh-tokohnya. Di film tersebut, memang dikisahkan Rafly, si tokoh “laki-laki biasa”, menikah dengan Nania, “cewek luar biasa” dengan metode ta’aruf. Apa sih, ta’aruf itu?

Ta’aruf berarti saling mengenal. Secara umum, ta’aruf banyak dipakai untuk menunjukkan proses perkenalan, seperti ketika masuk pondok pesantren, kita mengenal apa yang disebut mastar—masa ta’aruf. Sejenis OSPEK atau MOS, begitulah… 

Memang, ta’aruf itu sebenarnya bersifat umum, dan hal bagi seorang muslim, ta’aruf itu sangat dianjurkan, bahkan diwajibkan, sebagaimana ayat Al-Quran, “Hai manusia, sesungguhnya kami telah menciptakan kalian dari seorang pria dan seorang wanita, lalu menjadikan kalian berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kalian saling mengenal (ta’arafu)….” (Q.S. Al Hujurat: 13).

Karena Allah SWT menciptakan manusia dengan keanekaragaman suku dan bangsa, serta letak geografi yang terpencar-pencar, maka Allah memerintahkan umatnya untuk saling mengenal. Ya, tak kenal maka tak sayang, begitu kata pepatah. Dan nyatanya, seringkali kita tidak menyukai suatu kaum, memberikannya penilaian negatif, mencapnya buruk, karena kita ternyata tidak mengenalnya secara langsung, dan lebih mengandalkan informasi yang salah.

Misal, informasi bahwa orang Batak itu keras. Nyatanya, saya punya teman-teman orang Batak yang sangat lembut hatinya, meski secara prinsip memang mereka tegas dan punya pendirian yang kuat.
Secara khusus, ta’aruf akhirnya lebih dikenal sebagai salah satu model bagi sekalian lajang untuk mencari jodoh. Di dalam syariat agama Islam, mencari jodoh tidaklah dengan cara berpacaran, namun dengan proses ta’aruf, yakni saling mengenal secara lebih mendalam sosok yang hendak dia nikahi. Ta’aruf disyariatkan agar kita benar-benar tahu, seperti apa sih, keadaan calon suami/istri kita? Jika memang kita merasa mantap, maka bisa lanjut ke pernikahan, dan jika tidak mantap, maka kita harus mundur dan tidak lagi melakukan proses ta’aruf.

Bagaimana prinsip-prinsip dari ta’aruf itu?

Prinsip Pertama: harus ada perantara. Seseorang yang sudah merasa cukup umur dan siap menikah, seyogyanya meminta kepada orang-orang terdekat yang dapat dipercaya—misal orang tua, guru mengaji, kakak, teman, Om-Tante dan sebagainya, untuk menjadi perantara dalam proses ta’aruf.

Prinsip Kedua: calon yang hendak ta’aruf, bisa diajukan oleh perantara, atau oleh dia sendiri. Misal, Ardi merasa sudah siap menikah, lalu dia mengamati Nina, teman satu kantornya dan merasa berminat untuk mengenal lebih mendalam. Ardi bisa minta bantuan atasannya untuk menta’arufkan dengan Nina.

Prinsip Ketiga: ta’aruf bisa dimulai dengan saling tukar biodata dan proposal nikah sebagai salah satu tools awal dalam saling mengenal. Bagaimana cara membuat proposal nikah? Bisa baca di sini! Proposal Nikah Anti Penolakan.

Prinsip Keempat: setelah saling mempelajari proposal nikah, kedua calon harus bertemu secara fisik, untuk melihat kondisi masing-masing secara realita. Jadi, meskipun ta'aruf itu identik dengan pernikahan dengan model perjodohan, kita tidak seperti membeli kucing dalam karung.

Prinsip Kelima: senantiasa menegakkan adab pergaulan antara lelaki dan perempuan. Ta’aruf tidak boleh memberi celah atau ruang untuk zina, misalkan berduaan dengan calon di tempat-tempat yang sepi. Komunikasi juga harus efektif, sesuai dengan kebutuhan, tidak pakai rayu-merayu atau perkataan gombal.

Prinsip Keenam: dalam ta’aruf, tidak boleh ada kebohongan, harus saling membuka diri dengan jujur. Kalau gaji kamu memang masih UMR, jangan bilang bahwa kamu sanggup membelikan calon istrimu pesawat jet.

Prinsip Ketujuh: jika ta’aruf gagal, kedua belah pihak harus merahasiakan proses tersebut, dan juga mengembalikan biodata untuk menghindari fitnah, bukan justru membuka kemana-mana. Misal mengatakan kepada suami/istri yang sekarang, “aku dulu pernah ta’aruf sama dia lho”, wah bisa barabe!

Nah, itu beberapa prinsip ta’aruf. Mau mencoba? Bisa kontak saya sebagai perantara hehe. Tapi, tentunya saya harus lebih dahulu mengenal Anda dengan baik. Kalau belum, saya juga termasuk dalam kategori menyodorkan kucing dalam karung kepada calon pasangan Anda, dong!

1 komentar untuk "Menikah dengan Model Ta'aruf, Gimana Ya, Aturan Mainnya?"

Mohon maaf, karena banyak komentar spam, kami memoderasi komentar Anda. Komentar akan muncul setelah melewati proses moderasi. Salam!