Percakapan Hudhud - Sebuah Syair
Source: DevianArt |
: untuk seorang adik
~oleh: Afifah Afra
Seekor Hudhud kecil mengusap sayap milik kakaknya. Penuh cinta dia bertanya, "Wahai kakakku, bagaimana cara memiliki sayap sekuat ini? Dengan sayapmu, kau bisa mengepak kemanapun kau mau."
Hudhud besar menatap lembut. Dia belai sayap sang adik.
"Wahai adikku, sayapku dan sayapmu tak jauh berbeda kekuatannya. Juga dengan sayap Hudhud tentara Sulaiman, yang pernah melanglangbuana ke Istana Saba, mempertemukan sang baginda dengan Bilqis kekasih hatinya."
Hudhud kecil tak puas dengan jawaban kakaknya.
"Tapi, aku melihat dengan sayapmu, kau pergi kemana-mana. Sementara, aku menetap di sini saja."
"Dinda, bukan soal sayap kuat aku sanggup berkelana. Namun, semangat di dalam dada, menyusupkan tenaga yang seakan tiada batasnya."
"Kalau begitu, katakan padaku, bagaimana cara susupkan tenaga di dalam sayapku, agar aku pun kuat berkelana."
"Adikku, jadikan jiwamu bebas merdeka, kepada Sang Pencipta semata kau sandarkan semua asa.
Jadikan hidup ajang jihad fisabilillah. Jangan takut berlelah payah. Sebab jiwamu telah dibeli-Nya dengan imbalan Jannah."
"Kakakku, dengan cara itukah kita akan selalu kuat bertenaga?"
"Ada cara yang lainnnya, Adinda. Yaitu menggapai eudaimonia. Jiwa yang bahagia."
"Nah, itu pun aku bertanya, bagaimana caranya?"
"Tergantung kau mengelola jiwa, wahai Adinda tercinta...
Ada tiga jiwa di dalam diri. Jiwa nabati berpikir seputar nutrisi. Jiwa hewani berkutat dalam sensasi. Jiwa insani berjuang gapai aktualisasi. Jadikan jiwa insani sebagai kendali, itulah jiwa sejati.
Jiwa merdeka, jiwa bahagia, jiwa penuh tenaga. Tak akan terkulai hanya karena angin gemulai. Tak akan tumbang diterpa gelombang."
"Kakakku, bisakah aku memiliki keduanya?"
"Bisa, kau dan aku, tak jauh bedanya. Kau hanya butuh sedikit keberanian, untuk mulai kepakkan sayapmu."
Hudhud kecil mengerjapkan mata. Binar mulai menyambang sepasang netra. Berkepaklah sayapnya...
"Kakak, aku akan terbang. Dan aku yakin, bisa terbang lebih tinggi darimu!"
Hudhud besar tertawa bahagia. "Itu yang kuharapkan dalam doa-doaku."
Solo, 17 Okt 2021
Catatan:
1. Syair ini saya tulis secara khusus untuk seorang sahabat, seorang "adik ideologis", sebagai hadiah miladnya di 17 Oktober. Meski begitu, syair ini saya publikasikan untuk semua "adik" yang ingin mengepak terbang tinggi menembus mayapada. Saya bukan manusia superior, tetapi setidaknya, karena usia saya lebih tua, mungkin ada pengalaman yang bisa saya bagikan.
2. Eudaimonia secara harfiah berasal dari kata eu (baik/bagus) dan daimon (ruh, kekuatan batin, jiwa). Eudaimonia (bahasa Yunani: εὐδαιμονία) memiliki arti kebahagiaan. Konsep ini pertama kali diperkenalkan oleh Filsuf Socrates. Lalu terus menerus dikembangkan oleh ilmuwan yang hidup di zaman selanjutnya. Ibnu Sina (Avicenna) menyebutkan bahwa ada 3 jenis jiwa dalam diri manusia, yaitu jiwa nabati (tumbuhan), jiwa hewani, dan jiwa insani. Tumbuhan hanya mengenal seputar nutrisi dan reproduksi, sementara hewan sudah mulai mendapatkan sensasi dan persepsi. Sedangkan jiwa insani adalah jiwa yang rasional. Kebahagiaan (eudaimonia) menurut Ibnu Sina, terjadi jiwa insani mampu mengendalikan jiwa hewani dan jiwa nabati.
3. Burung Hudhud (Upupa epops), adalah sejenis burung pengembara yang pernah dikisahkan dalam Al-Quran, sebagai salah seorang prajurit Nabi Sulaiman.
Posting Komentar untuk "Percakapan Hudhud - Sebuah Syair"
Posting Komentar
Mohon maaf, karena banyak komentar spam, kami memoderasi komentar Anda. Komentar akan muncul setelah melewati proses moderasi. Salam!