Widget HTML #1

Apakah Mereka Teroris?

Pejuang Hamas

Saat ini, dunia menuding bahwa Hamas adalah teroris. Kami bersama Palestina, tapi Hamas harus musnah. Kami membela Palestina, tapi Hamas adalah perusuh. Stop! Sebelum kita kembali mengutuk bahwa Hamas adalah perusuh, renungkanlah beberapa hal yang akan saya sampaikan di bawah ini.

Hamas adalah kependekan dari Harakat al-Muqawamah al-Islamiya, artinya Gerakan Perlawanan Islam. Hamas sendiri adalah bahasa Arab yang jika diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia berarti semangat. Saat ini, Hamas didominasi para pemuda berusia mulai dari 18 hingga 25 tahun. Siapakah mereka? Apakah tentara yang dididik dalam sekolah-sekolah militer? Apakah mereka adalah angkatan perang yang elit dan memiliki akses kepada peralatan perang yang canggih?

Tidak! Hamas lahir dari masyarakat Palestina sendiri, khususnya Gaza. Anak-anak muda yang saat ini bergabung di Hamas, adalah bayi-bayi yang 20-an tahun lalu menjadi saksi mata atas kejahatan yang dilakukan Occupiers Zionis Israel. Ketika mereka lahir, mereka telah mendapati kenyataan pahit bahwa sejak 1948, mereka hidup dalam penjajahan.

Banyak di antara mereka kehilangan ayah, ibu, dan orang-orang yang dicintai. Banyak di antara mereka hidup tanpa ayah, karena sang ayah masih menempati penjara-penjara Israel yang pengap dengan perlakuan sangat kejam. Sebelum peristiwa Taufan Al-Aqsa 7 Oktober 2023, Israel telah melakukan berbagai kekerasan dan kejahatan yang terakumulasi selama 75 tahun. Sebelum perang Oktober saja, sekitar 5000 orang Palestina meringkuk dipenjara, tanpa pengadilan dan tanpa kesalahan yang jelas.

Mereka sendiri, anak-anak itu, juga hidup di penjara, bukan penjara berjeruji besi, namun "penjara raksasa terbesar di dunia" yakni Jalur Gaza yang kumuh dan memprihatinkan. Mereka diblokade dari semua arah. Tak ada tempat berlari untuk keluar, dan mereka pun tak mau keluar, karena begitu mencintai tanah airnya. Jalur Gaza yang luasnya hanya sekitar 365 km persegi, dihuni oleh sekitar 2,3 juta jiwa. Jalur Gaza diblokade oleh Israel dan Mesir baik dari darat, udara dan laut, sehingga banyak kalangan menyebutkan bahwa Gaza adalah penjara terbuka terbesar di dunia. 65% warga Gaza hidup di bawah garis kemiskinan. Makanan dan fasilitas sangat langka. Dan mereka hidup dalam kondisi yang sangat tidak layak untuk kemanusiaan.
Tempat bermain mereka adalah tumpukan puing-puing akibat bom. Makanan lezat, hidup berkecukupan, fasilitas, mainan, buku-buku, atau kasur empuk ... hanya mimpi untuk mereka. Mereka dibesarkan dengan ledakan bom. Dibentuk oleh kekerasan oleh penjajah. Lama-lama, air mata mereka mengering, dan timbullah tekad besar: aku harus melawan! Anak-anak itu tumbuh besar. Dengan kesadaran penuh, mereka mengikuti seleksi. Ditempa latihan yang sangat disiplin. Belajar merakit senjata dari bahan-bahan seadanya. Tak hanya teknik berperang, tetapi emosi mereka tertata dengan baik. Mereka cermat, sabar, dan gigih. Sekarang, mereka membuka mata dunia, bahwa Palestina masih tetap ada. Bahwa ada perlawanan yang murni bangkit dari mereka sendiri. Hamas berjuang sendiri di Gaza, melawan raksasa yang memiliki persenjataan tercanggih di dunia. Dengan kucuran milyaran dolar dana dari sekutunya. Hamas adalah ekspresi kumpulan kesedihan, kemarahan, kekecewaan, dan penderitaan dari jutaan penduduk Gaza.
Dulu mereka bersenjata ketapel, dan batu-batu. Sekarang, generasi selanjutnya mampu membuat roket dan senjata-senjata yang harganya hanya 4-5 juta rupiah, namun mampu meledakkan merkava dan mengecoh iron dome.

Lalu, apakah sekarang kita layak menyebut mereka sebagai teroris, padahal apa yang mereka lakukan adalah demi membebaskan bangsanya dari ketertindasan dan ketidakadilan?

Posting Komentar untuk "Apakah Mereka Teroris?"