Memahami 6 Jenis Cinta: Eros, Storge, Ludus, Mania, Agape, dan Pragma


Sejak kecil, orangtua saya, khususnya Bapak, sering menceritakan kepada saya perihal ikatan-ikatan cinta yang sangat agung dan monumental. Paling sering, kisah Ramayana. Kisah yang sangat ngetrend di kalangan masyarakat kita, khususnya Suku Jawa. Ramayana berasal dari kata Rama Ayana, atau dalam bahasa Inggrisnya, Rama's Journey. Perjalanan Rama. Seorang satria tampan rupawan, digdaya, cerdas, berkarakter sempurna, namun memiliki nasib kurang beruntung, karena harus terusir dari kerajaan. 

Pernah mendengar kan, kisah Rama? Sebenarnya dia memiliki peluang besar untuk menjadi raja, menggantikan ayahnya sebagai Raja Ayodya. Akan tetapi, istri Prabu Dasarata yang lain, Dewi Kekayi, alias ibu tiri Rama, menginginkan agar takhta diserahkan kepada anak kandung Dewi Kekayi, Bharata. Karena sudah terikat perjanjian, dengan sedih dan berat hati, Prabu Dasarata menyerahkan tahta kepada adik Sang Rama tersebut. Tak hanya itu, ternyata Dewi Kekayi juga menuntut Rama harus meninggalkan kerajaan selama 14 tahun. Sebenarnya sih, Bharata tak setuju dengan sikap ibunya. Namun Rama yang merasa harus menjaga marwah sang ayah, dengan legawa menuruti keinginan itu. Rama pergi ke hutan, didampingi istrinya, Sinta. 

Mereka berdua saling mencintai. Kesetiaan Sinta kepada sang suami tentu tak diragukan lagi, buktinya, dia mau bersusah payah tinggal di hutan yang tentu sangat jauh dari fasilitas, sementara selama ini dia selalu hidup di lingkungan keraton. Sinta, atau Sita, adalah puteri dari Kerajaan Wideha. Tetapi, cinta mereka berdua mendapatkan ujian berat, ketika raja raksasa yang sangat berkuasa, Rahwana dari Alengka, jatuh cinta kepada Sinta. Oke, sampai di sini dulu ya, kisah Rama-Sinta. Intinya, kisah cinta mereka berdua sangatlah agung, bahkan sampai-sampai untuk bisa mendapatkan Sinta kembali, Rama harus berjuang dalam perang besar yang akhirnya berhasil membunuh Rahwana. 

Memang sih, alasan perang besar itu tak hanya soal cinta. Konon, Rahwana adalah raksasa yang sangat ditakuti dan bersikap sewenang-wenang. Oya, ada sedikit perbedaan makna antara raksasa dalam konsep wayang dengan konsep sehari-hari yang kita pahami. Saat ini, kita mengenal raksasa sebagai sosok atau sesuatu yang bertubuh besar, berukuran besar, dan sejenisnya. Misalnya, mobil raksasa, berarti mobil yang ukurannya sangat besar, melebihi ukuran normalnya. Dalam KBBI pun, raksasa dimaknai semacam itu. Saat saya cek di KBBI, raksasa dimaknai sebagai:

1. n makhluk yang menyerupai manusia, konon berbadan tinggi besar; gergasi; buta
2. n ki sesuatu yang sangat besar, sangat terkenal di bidang tertentu, dan sebagainya: -- bulu tangkis akan bertarung dalam kejuaraan ini
3. a ki besar sekali (melebihi ukuran biasa): truk-truk -- telah menghancurkan jalan yang baru dibuat itu

Dalam konsep wayang, raksasa sebenarnya tak selalu identik dengan makna tersebut. Menurut Pak drs. Imam Sutardjo, M.Hum, dosen di Sastra Jawa FIB UNS, yang juga seorang dalang dan pakar budaya Jawa, saat saya sowani untuk menjadi narasumber tesis Magister Psikologi saya tentang Satria Piningit, menyebutkan bahwa raksasa adalah sosok dengan karakter jahat. Merupakan kebalikan dari satria, yang merupakan karakter pembela kebenaran dan keadilan. "Raksasa tidak selalu berbadan besar, yang kecil juga ada. Raksasa itu simbol kejahatan dan kezaliman, satria simbol kebenaran dan keadilan." Begitu kata Pak Imam. Seberapa satria Sobat sekalian, nanti isi ya, instrumen atau skala satria yang sedang saya garap sebagai tesis psikologi saya, hehe.

Tipe-Tipe Cinta

Cinta yang terjadi antara Rama dengan Sinta, bisa disebut sebagai cinta Agape. Ini adalah cinta yang paling keren bagi pasangan suami istri. Konsep Agape ini digali dari istilah Yunani, namun diteorikan lebih terperinci oleh John A. Lee, seorang penulis dan psikolog asal Kanada. John A. Lee pada tahun 1973 mempublikasikan sebuah teori cinta yang dikenal sebagai The Colour Wheel Theory of Love (dalam buku Colours of Love: An Exploration of the Ways of Loving). 

Dalam teori tersebut, cinta memiliki 6 jenis, yakni 3 jenis cinta primer dan 3 jenis cinta sekunder, yang konsepnya digambarkan seperti roda dengan warna-warna dasar yaitu biru , merah dan kuning. Kalau dalam dunia desain, lebih tepatnya sih Cyan (biru), Magenta (merah agak pink), and Yellow. Perpaduan atau campuran dari 3 warna tersebut membentuk warna keempat, yang disebut Key yang warnanya menjadi hitam atau Black. Maka dalam dunia printing, kita mengenal istilah CMYK. Sobat semua tentu tahu, bahwa ketiga warna itu adalah warna dasar. Warna-warna lain muncul karena kombinasi 3 warna tersebut. 

Sumber: Medium


Tiga tipe cinta yang bersifat primer, adalah eros (disimbolkan dengan warna merah/magenta), ludus (disimbolkan dengan warna biru/cyan) dan storge (disimbolkan dengan warna kuning/yellow). Nah, kombinasi dari masing-masing cinta itu membentuk 3 tipe cinta sekunder, yaitu eros dan storge membentuk cinta agape, storge dan ludus membentuk cinta pragma, dan eros ludus membentuk cinta mania. 

Cinta eros adalah cinta yang sangat berkaitan dengan seksualitas, gairah, hasrat bergelora, romantisme, dan passionate love. Biasanya ini terjadi pada pasangan--laki-laki dan perempuan, yang saling jatuh cinta secara erotik. Banjir hormon terjadi pada jenis cinta ini. Dalam konsep agama, ini merupakan semacam cinta mawaddah, cinta berbasis ketertarikan fisik.

Cinta ludus adalah cinta yang sekadar main-main, tanpa tujuan jelas, just fun, semacam cinta monyet yang biasa terjadi pada anak-anak remaja. Dulu, saat SMP atau SMA, pernah naksir lawan jenis? Biasanya malu-malu kucing. Berdesir-desir saat bertemu, tapi tidak sampai menjadi hasrat yang kuat, dan mudah hilang meski baru sebulan tidak bertemu--karena libur panjang misalnya.

Cinta storge adalah cinta berbasis keluarga, persahabatan, atau kesejawatan. Cinta semacam ini tak kalah indah, tetapi ibarat air, alirannya tenang, tidak terlalu bergejolak, dan biasanya awet. Dalam istilah agama, ini mirip dengan cinta rahmah, cinta berupa kasih sayang, welas asih dan sebagainya. Kalau Sobat punya sahabat yang sangat dekat, dan terjalin interaksi yang hangat dan indah, berarti itu jenis cinta storge.

Cinta pragma terbentuk dari kombinasi cinta storge dan ludus. Ini adalah jenis cinta yang praktis, nyaman, tidak meledak-ledak, dan biasanya terdapat pada para perempuan. Asal pasangan asyik diajak ngobrol, nyaman untuk bersandar, memenuhi semua kebutuhan, perempuan akan bertahan dengan tipe cinta ini.

Cinta mania terbentuk dari kombinasi cinta ludus dan eros. Ini ngeriiii! Dua orang yang jatuh cinta dengan sangat hebat, tapi hanya sekadar main-main, ogah terikat dalam komitmen-komitmen, pokoknya having fun yang disertai dengan perasaan erotisme yang bergelora.

Cinta agape merupakan perpaduan antara storge dan eros. Saling jatuh cinta secara fisik, punya hasrat seksual, adanya ikatan romantisme, tetapi tetap berbasis pada persahabatan, kekeluargaan, saling menyayangi dalam kelembutan. Makanya, dalam Islam, setelah memiliki perasaan Sakinah, kita harus membangun kedua komponen penting untuk mempertahankan kesakinahan, yaitu Mawaddah dan Rahmah. Sakinah adalah hadiah dari Allah SWT saat kita menikah dengan tujuan ibadah, memilih pasangan berdasarkan keimanan, serta mengikhlaskan pernikahan dalam rangka memenuhi perintah agama. Tetapi, sakinah saja tidak cukup. Harus ada eros dan storge. 

Tipe-Tipe Cinta Tokoh Kisah Ramayana

Nah, kembali ke kisah Ramayana di atas ya. Kisah Rama dan Sinta, sebagai tokoh utama, bisa dikatakan tipe agape. Wajar dong, mereka kan suami istri. Saling mencintai, saling jatuh cinta secara romantis, dan betapa Rama sangat cemburu dengan Rahwana sehingga sempat mencoba menguji cinta Sinta dengan mengirim cincin lewat tokoh Anoman. Kalau cincinnya sudah kekecilan, berarti Sinta sudah tidak mencintai Rama. Kalau terlalu longgar, berarti cintanya masih membara. Diam-diam Anoman, si Kera Putih, masuk ke istana Rahwana, dan memasangkan cincin tersebut. Ternyata, cincin itu masih pas di jari Sinta. Rama pun lega.

Kisah mania, terjadi pada sosok Rahwana, yang sangat berharap agar bisa mendapatkan Sinta meski harus menabrak aturan. Sinta adalah istri orang, tentu tak mungkin dia dapatkan. Sinta juga tidak mencintai Rahwana. Tetapi, cinta di benak Rahwana sudah sangat membara, sebuah cinta yang dibangun dari eros dan ludus, membentuk cinta mania.

Bagaimana dengan cinta pragma? Paling jelas, terdapat pada cinta Kekayi terhadap Prabu Dastarata. Dia mencintai suaminya, tetapi tega menggunakan cintanya tersebut untuk kepentingan dirinya. Pokoknya, bagaimana caranya agar Bharata, anaknya menjadi raja, dan Rama tersingkir dari istana.

Hmmm, tidak semua cinta pragma seekstrim itu, sih. Banyak juga istri yang baik dan shalihah, ternyata memiliki cinta tipe pragma terhadap suaminya. "Ah, yang penting suamiku baik, menjamin hidupku, aku tenang, meski aku nggak tertarik secara romantik kepadanya, yang penting aku bahagia."

Begitu .... 
Sudah paham? Alhamdulillah, Sobat semua memang cerdas. Kalau belum paham, kapan-kapan kita lanjutkan lagi ya, diskusi kita tentang teori asyik ini.

2 komentar untuk "Memahami 6 Jenis Cinta: Eros, Storge, Ludus, Mania, Agape, dan Pragma"

Comment Author Avatar
Wahh menarik sekali bu🙏
Comment Author Avatar
Makasih ya Afifah, eh nama kita mirip

Mohon maaf, karena banyak komentar spam, kami memoderasi komentar Anda. Komentar akan muncul setelah melewati proses moderasi. Salam!