Widget HTML #1

Sumber-Sumber Duit yang Jarang Dilirik Milenial - Penjahit Halusan


Saat ini, banyak orang mengeluh tentang kondisi perekonomian yang bukan saja kurang bersahabat, bahkan bisa dibilang jahat. Kemarin, saat saya naik sebuah taksi online, sang sopir sempat berkeluh kesah. "Mbak, saya ini perasaan sudah nyopir full kesana kemari, tapi tiap bulan, masih saja penghasilan saya minus. Selalu saja tidak cukup."

Saat saya sedang mencoba berempati dengannya, di HP saya ramai rekan-rekan di penerbitan berdiskusi tentang semakin sulitnya bisnis perbukuan karena berbagai hal, termasuk maraknya buku bajakan. Seorang teman mengeluhkan tentang semakin sadisnya para pembajak buku. Jika dahulu buku bajakan masih dalam format buku cetak, sekarang PDF ilegal dijual secara bebas di marketplace dengan harga sangat tidak masuk akal. Sebagai contoh, satu judul buku best seller yang harganya di atas Rp 100.000 dan masih beredar di toko buku, PDF ilegalnya dijual hanya dengan Rp 999,- dan yang beli sudah di atas 1000 pembeli. Duh, duh!

Dua kasus itu hanya sedikit dari banyaknya keluhan tentang sulitnya perekonomian saat ini. Banyak bisnis kolaps, omzet turun drastis, dan PHK di mana-mana. Hal ini tentu bikin para milenial, baik gen Y maupun gen Z ketar-ketir. Besok aku mau kerja di mana? Perkembangan teknologi informasi dan kecerdasan buatan, di satu sisi menciptakan manfaat luar biasa, di sisi lain menyisakan problematika yang juga bikin pusing, salah satunya adalah terancam hilangnya sejumlah profesi atau pekerjaan.

Suatu hari, anak saya dengan nada agak kesal, marah, kecewa dan sedih berkeluh kesah, "Mi, sekarang komik aja bisa dibikin pakai AI, trus para komikus mati semua dong...."

Problem serius ini mungkin bikin kalangan milenial bingung ya? Tapi ... tunggu dulu. Saat ini, hampir semua milenial, ketika ditanya apa cita-citanya, jawabannya hampir seragama: "jadi ahli IT, jadi yutuber, jadi dokter (ini masih sih, seperti zaman saya kecil dahulu), dan sejenisnya." Oke, itu profesi yang keren, dan menjanjikan masa depan bagus. Tetapi, sebenarnya masih ada profesi-profesi lain yang sekilas remeh temeh, tetapi sebenarnya bisa jadi sumber duit, lho. Apa saja? Yuk, kita bahas!

Penjahit Profesional


Apaaa? Sekolah tinggi-tinggi kok cuma jadi penjahit? Mungkin begitu reaksi sebagian milenial jika saya menyarankan untuk menekuni bidang ini. Menjadi penjahit sepertinya memang kurang keren ya? Dahulu, di kampung saya, para penjahit sering disebut sebagai tukang jahit. Tukang, lho. Jadi identik dengan pekerja kasar. Sementara, milenial sekarang rata-rata lulusan SMA ke atas, malah banyak yang sarjana. Masak cuma jadi tukang?

Padahal, pekerjaan sebagai penjahit sama sekali tidak kasar. Kalau masih terasa kasar, boleh deh, pakai istilah barat, misal namamu Johan, jadi Johan Taylor. Kalu namamu Johanna, jadi Johanna Modiste, kan keren, ya? Hehe.... (ampuuuun, wahai Pecinta dan Pegiat Bahasa Indonesia ya, mohon saya jangan ditimpuk pakai sendal jepit, ya? Sebab, secara psikologis, menggunakan nama asing memang seringkali membuat orang merasa lebih "percaya diri").

Apa sih beda taylor sama modiste? Kalau setahu saya, modiste itu jahit menjahit pakaian cewek, maka biasanya penjahitnya juga perempuan, yang dijahit seperti gaun, rok, blazer, dan sebagainya. Nah kalau taylor adalah penjahit pakaian cowok, seperti kemeja, celana cowok, jas, dan sebagainya, biasanya penjahitnya juga laki-laki. 

Seorang penjahit akan menjahitkan pakaian dari klien. Biasanya klien datang membawa kain, lalu diukur, dipotong-potong sesuai desain, dan dijahit menggunakan mesin jahit. Untuk memperhalus, bagian dalam pakaian akan dijahit dengan mesin obras. Kadang juga ada finishing menggunakan mesin bordir. 

Meskipun saat ini banyak pakaian jadi yang bisa dibeli di berbagai pasar, baik online maupun offline, tetap saja penjahit selalu punya tempat di hati sebagian orang. Saya sendiri, lebih suka memakai pakaian yang dijahit di modiste atau taylor, karena ukuran lebih pas, nyaman di tubuh, dan biasanya jarang yang menyamai, hehe. Jahitannya juga biasanya lebih kuat dan awet. Bayangkan, di lemari saya ada beberapa gamis yang masih saya simpan sejak belasan tahun silam! Terus, memakai baju yang beli jadi juga kadang bikin kikuk. Bete juga kan, kalau kita sudah dandan cantik-cantik, eh tiba-tiba bertemu orang yang memakai baju sama persis dengan kita, baik warna maupun modelnya, haha. Secara psikologis, orang akan lebih percaya diri jika memakai pakaian yang dijahit secara khusus, bukan massal. 

Ada dua tipe penjahit, yakni penjahit konveksi dan penjahit halus. Penjahit konveksi biasanya bekerja di pabrik-pabrik yang menerima jahitan partai besar, seperti kaos, daster, dan baju-baju yang kualitasnya kurang bagus. Karena partai besar, biasanya dijahit dengan cepat, dan tentunya hasilnya kurang memuaskan, karenanya harganya relatif merah. Penjahit konveksi rata-rata dibayar sebagaimana buruh atau pekerja pabrik, paling banter UMR atau lebih sedikit.

Tetapi, penjahit halus, penghasilannya lumayan besar lho. Ibu saya juga seorang penjahit halus. Dahulu, beliau menerima jahitan-jahitan dengan masyarakat sekitar dengan biaya yang lumayan banget. Saat menjelang lebaran, atau tahun ajaran baru, banyak sekali yang menjahitkan baju kepada ibu. Saat ini, di Solo, biaya jahit halus sekitar Rp 75.000 hingga 100.000. Untuk penjahit yang sudah berkelas, lebih mahal lagi. Desain khusus juga menambah harga. 

Untuk penjahit yang biasa (bukan yang berkelas butik atau penjahit elit), di kota Solo seorang penjahit terlatih, bisa mengerjakan sekitar 3 atau 4 potong baju. Jadi, jika sebulan kamu mendapatkan 100 order saja, sudah mengantongi sekitar Rp 7.500.000 hingga Rp 10.000.000, yakni 3-4 UMR kota Solo. 

Bagaimana cara menjadi penjahit halus yang laris manis? Pertama, kamu harus bisa menjahit, tentu dong. Untuk bisa menjahit, tentu kamu perlu membeli mesin jahit. Harganya nggak mahal, kok. Mesin jahit merk Butterfly, harganya hanya sekitar Rp 1,5 juta. Kalau yang merk Singer, mulai dari Rp 2 jutaan hingga belasan juta. Dengan mesin jahit yang seharga sejutaan, kita sudah mulai belajar menjahit, mulai dari menjahit pakaian sobek, hehe.

Belajar menjahit bisa secara otodidak, tetapi kalau mau cepat bisa, kamu bisa kursus menjahit. Di sana biasanya diajari menjalankan mesin jahit, mulai menjahit sederhana, mengukur tubuh serta kain, dan yang lebih sulit: memotong kain. Tetapi biasanya, bagi pemula, memotong kain bisa menggunakan pola. Nanti kalau sudah ahli, guntingnya bisa kres-kres-kres memotong kain tanpa pola. Berlatihlan pelan-pelan dari membuat pakaian yang gampang untuk konsumsi sendiri. Atau menjahit serbet makan, gordin, taplak meja dan sebagainya.

Mbak Afra bisa menjahit nggak? Saya bisa, dikit-dikit, menjahit baju sobek, menjahit bendera, menjahit pakaian sederhana. Kalau yang rumit, belum bisa. Tetapi, hampir semua saudara saya pintar menjahit, lho. Adik saya yang bungsu sekarang juga menerima jahit halusan, bahkan plus desain. Gamis-gamis buatannya lumayan kece. Malah saya sedang memotivasinya untuk mencoba mendesain gaun pengantin muslimah yang syar'i. Kakak saya juga sekarang membuka usaha jahitan, tetapi bukan jahitan halus, melainkan usaha konveksi. Ya pokoknya masih nyambung dengan dunia jahit menjahit. Suami saya juga penjahit, lho ... tetapi menjahit luka, haha, just kidding.

Kedua, setelah terampil menjahit, cobalah mulai menerima jasa jahitan yang mudah-mudah. Kita bisa memasang papan nama di depan rumah, mempromosikan kepada handai taulan, atau membuat baju-baju lucu untuk dijual di Marketplace atau di media sosial.

Ketiga, up grade terus kemampuanmu. Tidak cuma sekadar terampil menjahit, tetapi juga bisa mendesain baju-baju yang keren. Karena itu akan menaikkan bargaining positionmu di mata pelanggan. Siapa tahu, kamu malah bisa jadi perancang mode yang beken dan bisa memiliki butik sendiri.

Jadi, jangan anggap menjadi penjahit halus itu tidak menghasilkan duit dan sama sekali tidak keren, ya?

------------------
Apa saja sumber-sumber penghasilan lainnya yang menarik untuk ditekuni? Nanti kita akan bahas beberapa hal secara bersambung di sini, ya.

Pijat Profesional
Pijat Bayi
Penyedia Sarapan Pagi
Jasa Cleaning Service
Jual makanan bayi
Bertani dan Beternak
Jasa Dekorasi Interior

... lanjut, usulkan di komentar ya....

2 komentar untuk "Sumber-Sumber Duit yang Jarang Dilirik Milenial - Penjahit Halusan"

Comment Author Avatar
Aku lagi coba2 jualan bunga lewat online ni mba afifa. Sebelumnya jalani jualan baju tapi kemudian rontok bisnisnya karena persaingannya sangat berat. Mohon doanya semoga Allah lancarkan usaha saya

Mohon maaf, karena banyak komentar spam, kami memoderasi komentar Anda. Komentar akan muncul setelah melewati proses moderasi. Salam!