10 Besar “Brand Value” Sedunia, Coca Cola Rp 975 T!


Sobat, ada yang minat membeli brand Coca Cola? Ya siapa tahu, ada yang minat. Dapat warisan dari bokap-nyokap mungkin, hehe. Zaman sekarang, para pengusaha memang tak mau susah-susah mengembangkan brand, cukup membeli yang sudah ada. Misalnya, Danone membeli Aqua, Numico membeli susu SGM, Saos ABC dibeli oleh HJ Heinz, Taro dibeli oleh Unilever, dan Indocement dibeli oleh Heidelberg, Jerman. Membeli brand mapan yang sudah ada, dinilai lebih menguntungkan, ketimbang mengembangkan sendiri. Mahaaal!

Tapi, tunggu dulu… berapa harga brand Coca Cola? Per 2002 (jadi 13 tahun yang lalu), brand value Coca Cola mencapai US $ 69.637 Milyar, lho (Tjiptono, 2005: hal 35). Jika saat itu nilai 1 dolar AS Rp 10.000,- berarti harga saat itu sudah mencapai sekitar Rp 696 Trilyun. Kalau dinilai dengan kurs sekarang, berarti 975 Trilyun Rupiah. Wow, hampir separuh nilai APBN negeri kita. Jadi, Anda bisa bayangkan, berapa kocek yang harus Anda rogoh untuk membeli brand (baru brand saja ya… belum aset-aset yang lain) Coca Cola. Pantas, meskipun tak memiliki letak geografis, sebuah korporat besar seringkali bisa "menjajah" sebuah negara, yak! Dananya gede sih....

Yap, sobat! Seperti telah saya bahas di beberapa posting dengan label #Branding, brand itu memang bersifat intangible. Beda dengan aset-aset tangible seperti gedung, tanah, mesin dan sebagainya. Akan tetapi, pada awal tahun 1980-an, terjadi sebuah perubahan paradigma yang luar biasa dari para pengelola perusahaan-perusahaan besar. Mereka mulai menyadari pentingnya sebuah brand dan upaya branding. [Baca: Pentingnya Branding]. 

Branding telah teruji mampu meningkatkan bukan sekadar penjualan jangka panjang, tetapi juga loyalitas pelanggan. [Baca: Bagaimana Sebuah Brand Bekerja?].

So, para direktur keuangan pun akhirnya memasukan brand value sebagai aset penting dari sebuah perusahaan. Berikut ini adalah 10 Besar Brand Value Sedunia pada tahun 2002.

1. Coca Cola (Amerika Serikat), US $ 69.637 Milyar
2. Microsoft (Amerika Serikat), US $ 64.091 Milyar
3. IBM (Amerika Serikat), US $ 51.188 Milyar
4. General Elektric (GE, Amerika Serikat), US $ 41.311 Milyar
5. Intel (Amerika Serikat), US $ 41.311 Milyar
6. Nokia (Finlandia), US $ 29.970 Milyar 
7. Disney (Amerika Serikat), US $29.256 Milyar
8. McDonald’s (Amerika Serikat), US $ 26.375 Milyar
9. Marlboro (Amerika Serikat), US $ 24.151 Milyar
10. Mercedes (Jerman), US $ 21.010 Milyar
(Sumber: Fandy Tjiptono, 2015, Brand Management).

Kalau kita lihat, brand-brand tersebut adalah nama-nama yang sangat familiar. Coca Cola misalnya, meskipun berasal dari Amerika Serikat, di Indonesia produk ini tersebar hingga pelosok-pelosok desa. Meskipun dulu orang-orang desa mengatakan minuman Sprite sebagai minuman “rasa spiritus”, tetapi toh lama kelamaan mereka terbiasa meminum produk coca-cola, dan bahkan menjadi gengsi tersendiri. Ini menunjukkan penetrasi pasar yang luar biasa, yang sulit ditembus pesaing terdekatnya dalam produk yang sama, misalnya Pepsi. Kita tahu, Coca Cola memang menggelontorkan dana jor-joran untuk mempertahankan persepsi publik terhadap "keunggulan" produk mereka.

Tentu, karena data tersebut merupakan data tahun 2002, sudah pasti ada perubahan, meski posisi-posisi top ten secara umum tetap dipegang oleh mayoritas brand tersebut di atas. Nokia, mungkin sudah tergeser dari top ten. Pada 2002, Nokia adalah handphone yang merajai pasaran, tetapi kini digantikan brand lain. 

Yang sangat menarik dikaji, ternyata brand-brand tersebut bukan brand kemarin sore, melainkan telah memiliki akar histori yang sangat lama. Coca Cola misalnya, mulai dikembangkan tahun 1886, Marlboro pada 1924, dan McDonald’s pada tahun 1937. Jadi, ya pantas dong, kalau brand-value-nya sangat mahal.

Jadi, Sobat sekalian… jika ingin meraih kesuksesan dalam bisnis, konseplah brand Anda dengan baik, sedini mungkin. Jangan berpikiran, halah… pakai brand segala, lha wong cuma jualan kue serabi. Pikirkan brand identity sedari dini. Apa filosofinya, apa pesan yang ingin disampaikan ke publik, apa keunggulan citra produk yang ingin Anda tawarkan, dan sebagainya. Jangan ganti-ganti brand, karena itu akan membuat bangunan brand yang sudah Anda rancang menjadi hancur kembali.

Sejak awal, bersetialah dengan STP (Segmentation-Targeting-Positioning) yang telah Anda pilih. (Baca: Strategi Membangun Brand Awareness dengan Segmentation-Targeting-Positioning). Jadikan konsep paling mendasar ini sebagai titik awal Anda melangkah. Setelah itu, kuatkan positioning Anda dengan selalu berinovasi dalam produk/jasa yang Anda tawarkan. (Baca: Strategi Membangun Brand Awareness dengan Inovasi Produk). 

Selamat memenej brand Anda, apapun itu, corporat brand (untuk bisnis Anda), atau personal brand (misal Anda seorang tokoh publik, penulis, senima dan sebagainya). Jangan melangkah serabutan, semrawut, acak adut dan mudah tergoda oleh lambaian-lambaian job yang nggak “gue banget”! Energi akan terkuras,  dan kita akan habis waktu untuk membangun “istana” kita sendiri. Juga harus diingat, branding tidak sama dengan pecitraan. Branding adalah popularitas yang dibangun pada keunggulan produk. Mungkin, dengan dana besar, iklan bertubi-tubi, poster dan spanduk di tempat-tempat dan event strategis. Anda bisa membangun kesadaran brand (brand awareness) hingga level tinggi. Tetapi, begitu konsumen merasakan produk Anda ternyata jelek, dalam sekejap apa yang telah Anda lakukan akan hancur berkeping-keping. Serius!



3 komentar untuk "10 Besar “Brand Value” Sedunia, Coca Cola Rp 975 T!"

Comment Author Avatar
Merek-merek asal Amerika sepertinya salah satu pertanda bahwa brand Amerika menguasai dunia dan punya derajat tinggi di kalangan konsumen
Comment Author Avatar
Iya, terlihat betul siapa penguasa dunia sebenarnya... pantas dalam banyak hal posisi tawar mereka sedemikian kuat.
Comment Author Avatar
Salah satu keunggulan brand adalah meningkatkan profit tanpa harus perang harga

Mohon maaf, karena banyak komentar spam, kami memoderasi komentar Anda. Komentar akan muncul setelah melewati proses moderasi. Salam!