Menulis Cerpen, Yuk! (2): Bagaimana Menulis Cerpen?



Kemarin, di tulisan pertama, kita sudah membahas definisi dan ciri-ciri cerpen, sudah baca kan? Kalau belum, baca dulu di sini. Menulis Cerpen, Yuk! (1): Apa sih Cerpen Itu? 

Nah. pada kesempatan ini, saya akan mencoba membahas, bagaimana sih menulis cerpen itu? Memang sih, tak mungkin kita bisa langsung menulis cerpen hanya dengan membaca artikel ini. Tetapi, setidaknya, saya berharap teman-teman bisa memiliki gambaran, seperti apa sih sebuah cerpen itu, dan bagaimana menuliskannya?

Elemen-Elemen Cerpen

Sebagai sebuah narasi (cerita), cerpen memiliki unsur-unsur pembangun berupa tema, plot (alur), setting, tokoh/karakter, konflik, dialog, dan point of view. Unsur-unsur intrinstik ini akan saling kait-mengkait membuat sebuah cerpen akan terasa enak dibaca, atau justru garing seakan tanpa polesan.

Tema

Tema adalah sesuatu yang ingin kita tulis. Dari tema inilah, kita akan memasukkan nilai-nilai yang ingin kita sampaikan kepada pembaca. Semakin unik sebuah tema, selain akan membuat bobot cerpen kita semakin bagus, juga akan membuat orang lebih tertarik untuk membaca cerpen kita.
Bukankah sesuatu itu akan semakin bernilai mahal jika 'beda' dengan lain-lainnya? Tentu saja beda yang memuat kadar kualitas tertentu.

Plot, Setting dan Karakter

Sedangkan plot atau jalan cerita, akan terbentuk karena interaksi tokoh dengan setting.  Banyak yang merumuskan seperti ini: 

PLOT = TOKOH + SETTING 

Maka, kedahsyatan alur cerita sangat dipengaruhi kedalaman penulis dalam mengeksplorasi tokoh maupun setting. Jadi, jika Anda ingin membuat cerita yang baik, dengan liukan-liukan konflik yang menarik, cobalah gali sedalam-dalamnya karakter tokoh, serta elaborasi sedetail-detailnya setting yang Anda tentukan.

Perbedaan yang paling mendasar antara cerpen dengan novel adalah, seperti yang disebutkan oleh Poe di atas, plot dalam cerpen harus tunggal, sedangkan untuk novel, bisa lebih fleksibel. Pada cerpen, begitu cerpen dimulai, biasanya langsung masuk pada konflik, tinggal bagaimana menyelesaikan konflik tersebut, itulah isi cerpen tersebut. Sedangkan pada novel, selain plot utama, kita bisa mengembangkan menjadi sub-sub plot yang satu sama lain saling mendukung.

Karena plot terbentuk sebagai interaksi antara setting dengan tokoh, efek tunggal itu juga berpengaruh terhadap keduanya. Sebaiknya, setting sebuah cerpen tidak terlalu banyak mengambil tempat. Penggambarannya pun tak perlu memakai deskripsi khusus, namun manfaatkan berbagai hal seperti dialog, perilaku sang tokoh, dan sebagainya.

Demikian juga, tak perlu banyak memunculkan tokoh, karena akan membuat kita kesulitan menciptakan efek tunggal tersebut. Menurut Marahaimin, sebaiknya tokoh dalam cerpen jangan lebih dari 4 orang. Kita tak perlu mengembangkan tokoh-tokoh tersebut sehingga terdapat perubahan nasib. Demikian juga, setelah cerpen berakhir, kita tak perlu tahu, bagaimana keadaan tokoh-tokoh itu setelah cerita memasuki ending.

Lebih detil tentang plotting cerpen, akan saya bahas di bagian lain tulisan ini. Makanya, pantengin terus blog saya ya, hehe... 

Tokoh dan Konflik

Dalam sebuah karya fiksi, kita memiliki setidaknya dua jenis tokoh dengan karakter bertentangan, yaitu tokoh yang menjalankan pesan sesuai tema. Karakter ini dikenal sebagai protagonis. Nah, dalam mencapai tujuannya, tokoh protagonis akan bertemu dengan tokoh antagonis yang menjadi penghalang utama. Protagonis dan antagonis ini, nantinya akan berinteraksi membentuk konflik. 

Dalam kehidupan sehari-hari, kita tentu tak mau berkonflik, kan, ya? Tetapi, dalam fiksi, konflik merupakan inti sebuah cerita. Bayangkan jika kita membaca novel sepanjang 300 halaman dan di dalamnya tak ada konflik? Garing!

Dialog

Karena ada tokoh yang saling berinteraksi, otomatis akan ada dialog. Dalam sebuah cerpen, dialog sangat penting untuk membuat cerpen semakin menarik. Dialog juga bisa digunakan untuk membantu memperkuat setting (misal dengan menggunakan bahasa daerah yang menonjolkan unsur lokalitas), karakter/tokoh dan juga konflik.

Point of View (PoV)

PoV adalah perspektif alias sudut pandang yang dipakai oleh penulis. Ada dua jenis PoV yang disepakati hampir semua pakar kepenulisan, dan satu yang masih diperdebatkan. PoV yang umum adalah orang pertama (aku) dan orang ketiga (dia/ia/nama). Sedangkan PoV orang kedua masih pro kontra. Sastrawan Naning Pranoto misalnya, termasuk yang menganggap bahwa PoV orang kedua diperbolehkan dipakai. Kapan-kapan, insyaAllah akan saya bahas khusus tentang hal ini, ya?

Demikianlah, secara singkat saya telah mencoba bahas beberapa elemen dalam cerpen. Semoga tidak puas, sehingga bisa ada diskusi lebih lanjut.

O, ya... tulisan ini masih akan terus ada sambungannya ya.

4 komentar untuk "Menulis Cerpen, Yuk! (2): Bagaimana Menulis Cerpen?"

Comment Author Avatar
mbak, buku how tobe smart writernya kapan selesai revisi? sudah dinanti banyak pembaca lho...
Comment Author Avatar
Bagaimana caranya agar ketika menulis cerpen/novel bisa 'dalam'?

Mohon maaf, karena banyak komentar spam, kami memoderasi komentar Anda. Komentar akan muncul setelah melewati proses moderasi. Salam!