Dahsyatnya Doa Ibu:Bunda Malin Kundang vs Bunda Imam Sudais

Saya ingin berbagi kisah yang menurut saya sedikit menggelikan, yaitu ketika saya sedang mendongeng untuk bocah-bocah saya semalam. Ceritanya, sekitar sebulan ini, saya kembali mengaktifkan kegiatan bercerita sebelum tidur. Cukup efektif untuk menekan kesukaan anak nge-game dengan gadget. Sudah saya uji coba, saat menjelang tidur dan saya kasih option: “Ummi cerita atau kalian main gadget?” Ternyata anak-anak memilih mendengarkan cerita Emaknya.

Masalahnya, seringkali karena seharian harus beraktivitas, saya sering merasa kecapekan dan cepat mengantuk. Walhasil, dongengan saya suka ngawur, ngelantur karena mendadak saya ‘hilang ingatan’ akibat mengantuk. Saat mendengar jalan cerita jadi aneh, anak-anak biasanya langsung tertawa dan mengambilkan air untuk diusapkan ke mata saya, sehingga saya bias fresh kembali.

Nah, semalam… lanturan saya agak unik. Sebelumnya saya bercerita tentang kisah Malin Kundang yang durhaka pada ibunya. Sobat sekalian sudah tahu kan, alur ceritanya? Yup, si Malin yang telah sukses, ogah mengakui ibunya yang miskin sebagai orang tua. Lalu, sang ibu marah dan mengutuk Malin jadi batu. Mendadak, di akhir cerita saya malah bercerita tentang bunda Imam As-Sudais, Imam Masjidil Haram. Saya sudah pernah menceritakan kisah beliau di artikel saya sebelumnya Menjadi Bunda Pencetak Pahlawan Sejati. Artikel tersebut berlanjut ke Peran Ibu Dalam Menumbuhkan Sifat Kepahlawanan Anak. Silakan dibaca ya...

Begini kisah Imam Sudais....

Suatu hari ibu Imam Sudais tengah mempersiapkan hidangan untuk tamu kehormatannya. Hidangan itu berupa daging kambing yang dimasak spesial. Sang ibu pun menyajikan dengan indah dalam sebuah wadah. Namun alangkah kagetnya sang ibu, ketika seorang anaknya yang masih kecil, mendadak menaburkan pasir ke hidangan tersebut. Saking marahnya, si ibu pun mengomel. Tetapi omelannya keren:  “Sudais, dasar kamu anak nakal! Awas kamu kalau sudah besar kamu akan menjadi IMAM MASJIDIL HARAM!”

Apa yang terjadi dengan anak itu di kemudian hari. Ternyata dia betul-betul menjadi Imam Masjidil Haram. Syaikh Sudais, siapa yang tidak mengenal bacaan murotalnya yang khas itu?

Setelah tersadar dari lanturan saya akibat mengantuk tersebut, tetiba saya berpikir. Ya, doa ibu itu memang luar biasa, ya. Saya masih ingat, bagaimana cerita ibu mertua saya tentang bagaimana beliau mendoakan anak-anaknya. “Setelah shalat tahajud, saya terus berdoa, sambil nangis-nangis, mendoakan semua anak-anak saya… biar sukses. Pokoknya teruuuus begitu tiap malam,” cerita ibu mertua saya yang selalu berkaca-kaca saat menceritakan anak-anaknya. 

Saya juga sering melihat bagaimana Eyang Puteri saya almarhumah, juga ibu saya, yang tak pernah berhenti mendoakan anak-anaknya. Bahkan, pernah seorang tokoh muslimah di Solo yang sudah sepuh menasihati saya, “Banyak cara yang bisa dilakukan seorang ibu agar anak-anaknya menjadi shalih. Tetapi, yang paling ampuh adalah doa.”

Ya, doa seorang ibu itu sangat ampuh. Sebenarnya, kedua kisah di atas tidak bisa dibandingkan. Satu hanya sebuah dongeng, dan yang satunya terjadi betulan di alam nyata. Kontennya pun mungkin beda dosis. Ibu Malin Kundang diperlakukan dengan begitu tragis, tidak diaku sebagai ibu, sementara kenakalan yang terjadi pada Sudais kecil, seperti wajar, lazim untuk ukuran anak kecil.

Tetapi, ada kontras yang sangat menarik untuk direnungkan, menjadi benang merah, dan bisa dijadikan pelajaran, khususnya bagi kita, kaum ibu. Apapun yang terjadi, jangan pernah kita menjadi seperti ibu si Malin Kundang, yang mengutuk anaknya jadi batu. Semarah apapun, mari kita menjadi seperti Bunda Imam Sudais, yang “mengutuk” anaknya jadi Imam Masjidil Haram.

Sulit? Iya... banget! Tak kurang-kurang saya mendengar para ibu yang mengomeli anaknya dengan sadis, misal, "Kamu ini benar-benar pemalas. Nanti kamu besar bakal jadi pengemis seperti yang tiap hari kita lihat di lampu merah."

Waduh, kalau omelan itu terjadi beneran, bagaimana? Perkataan, itu sebagian dari doa. Terlebih perkataan seorang ibu.

Beberapa waktu ini, saya mencoba mempraktikkan hal tersebut. Meski hati mengeluh dan jengkel, sambil memisahkan dua anak cowok saya yang berantem, saya mengomeli mereka, “Kalian ini, Ummi doakan semua menjadi tentara yang hebat, yang bisa menjadi penerus Sholahuddin Al-Ayubi.”
Ya, karena doa seorang ibu itu begitu ampuh dan banyak dikabulkan oleh-Nya. Jadi, mari berhati-hati!






4 komentar untuk "Dahsyatnya Doa Ibu:Bunda Malin Kundang vs Bunda Imam Sudais"

Comment Author Avatar
Subhanallah... hati-hati menjadi seorang ibu. Perkataannya adalah doa, dan doanya bisa sangat ijabah

Mohon maaf, karena banyak komentar spam, kami memoderasi komentar Anda. Komentar akan muncul setelah melewati proses moderasi. Salam!